Hasil digitalisasi manuskrip kuno tersebut akan dicetak dan disebarluaskan kepada masyarakat. Sementara manuskrip kuno yang asli, bisa tersimpan dengan baik dan tidak berpotensi rusak
Seorang kolektor manuskrip kuno di Kota Malang, Jawa Timur, Lulut Edi Santoso menyatakan bahwa dalam upaya untuk melestarikan nilai sejarah yang saat ini mulai pudar, ia akan melakukan digitalisasi terhadap puluhan naskah kuno yang dimilikinya.
Ia mengatakan, langkah untuk mendigitalisasi puluhan koleksi manuskrip kuno tersebut, nantinya diharapkan mampu memunculkan rasa ketertarikan masyarakat khususnya untuk melestarikan sejarah yang ada di Indonesia.
"Nanti, setelah digitalisasi, sebarannya akan bisa lebih luas, dan supaya bisa dipelajari oleh masyarakat," katanya di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ia memiliki kurang lebih sebanyak 20 manuskrip kuno yang telah dikumpulkan selama 10 tahun terakhir. Dalam upaya untuk mendigitalisasi koleksinya itu, dia bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut dia nantinya hasil digitalisasi manuskrip kuno tersebut akan dicetak dan disebarluaskan kepada masyarakat. Sementara manuskrip kuno yang asli, bisa tersimpan dengan baik dan tidak berpotensi rusak.
"Untuk manuskrip yang asli biar tetap utuh, dan tidak banyak disentuh orang. Karena manuskrip kuno itu kondisinya banyak yang rapuh," katanya.
Dalam upaya untuk meningkatkan minat masyarakat khususnya terhadap manuskrip kuno tersebut, ia menambahkan, perlu berbagai upaya sosialisasi. Hal tersebut mengingat, minat masyarakat terkait sejarah khususnya yang ada dalam manuskrip kuno saat ini masih terbilang rendah.
“Anak-anak banyak yang tertarik, namun tidak mengenal. Sementara respon masyarakat juga terkadang kurang baik, sehingga masih perlu perjuangan untuk memperkenalkan buku peninggalan tersebut,” katanya.
Baca juga: Sebagian besar naskah kuno Nusantara tak terawat
Setelah proses digitalisasi itu rampung, diharapkan akan ada proses lanjutan berupa transkrip isi manuskrip dari aksara jawa ke latin. Kemudian, baru diterjemahkan ke berbagai bahasa guna memudahkan masyarakat untuk memahami isi dari manuskrip kuno tersebut.
Selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir, Lulut mengumpulkan manuskrip kuno itu menggunakan biaya pribadi. Menurutnya, harga manuskrip kuno yang paling mahal dan pernah Ia beli mencapai Rp4 juta per buah.
Ada kurang lebih 10 manuskrip yang dipamerkan di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang tersebut. Beberapa diantaranya adalah Babad Demak yang menceritakan kisah raja-raja jawa dan ditulis dengan huruf arab.
Selain Babad Demak, koleksi lain manuskrip kuno milik Lulut antara lain adalah Al Quran, Jenggala, dan Kerajaan Pandalu. Selain itu juga terdapat primbon yang ditulis dengan aksara jawa, dan bahasa Belanda.
“Semua saya beli. Meskipun hibah, saya akan menggantinya, karena niat saya untuk melestarikannya. Termasuk yang berasal dari warisan keluarga saya. Harapan saya, generasi muda, minimal bisa tahu dan kemudian mempelajarinya,” demikian Lulut Edi Santoso.
Baca juga: Puluhan manuskrip kuno dipamerkan di Perpustakaan Kota Malang
Baca juga: UNY kerja sama pengkajian manuskrip Keraton Yogyakarta
Baca juga: Manuskrip Minangkabau terancam punah
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019