Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendorong curah hujan di Riau mencapai 50 mm denga memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mendatangkan hujan buatan.Kalau sudah disebar kapur tohor di ketinggian 8.000 kaki, dia turun kemudian akan memecah kabut,
"Kita targetkan 50 mm harian selama sepuluh hari supaya dia betul-betul bisa membasahi lahan," kata Kepala BPPT Hammam Riza di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis.
Hammam menjelaskan menurut pengamatan pihaknya, pada 17 September dan 18 September 2019, awan nampak tumbuh bagus di atas 8.000 sampai 11.000 kaki. Namun, kepekatan asap mengganggu pertumbuhan awan sehingga ketika awan bergerak ke bawah maka awan mulai menyebar atau buyar sehingga tidak dapat menurunkan hujan.
Baca juga: TMC Kalteng lakukan dua kali operasi penyemaian awan
Kepekatan asap dapat dikurangi menaburkan kapur tohor aktif di ketinggian 8.000 kaki. Pada 17 September dan 18 September 2019, kapur tohor aktif dari Jakarta telah dikirim ke Riau dan Kalimantan Tengah untuk mengurangi kepekatan asap sehingga dapat mempermudah pertumbuhan awan.
"Kalau sudah disebar kapur tohor di ketinggian 8.000 kaki, dia turun kemudian akan memecah kabut, kabut itu ada asap, gas dan partikulat, ini yang dipisahkan oleh kapur tohor sehingga dia terbuka, dengan terbuka matahari itu masuk tembus sampai ke tanah kemudian membantu penguapan. Dengan adanya penguapan itu akan makin cepat terbentuknya awan hujan ini," terang Hammam.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika telah memprediksi awan akan signifikan memberikan hujan dengan memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca mulai 23 September 2019 tapi Rabu sore (18/9), hujan sudah mulai turun di daerah Dumai dan Rokan Hilir.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto mengatakan hujan terjadi pada sore hari menjelang malam setelah dilakukan penyemaian garam di Riau pada Rabu dengan mengerahkan dua armada pesawat.
Baca juga: Pemerintah terus upayakan hujan buatan atasi karhutla
Pada penerbangan pertama, pesawat TNI AU Hercules C 130 mengangkut sekitar 2.400 kg NaCL untuk operasi penyemaian di Dumai, Rokan Hilir dan Padang Sidempuan. Sedangkan pada penerbangan kedua, pesawat Cassa 212-200 mengangkut bahan semai garam sekitar 800 kg dengan area penyemaian di Kampar dan Rokan Hulu.
"Total volume air pada Rabu, 18 September 2019 tercatat mencapai 3,5 juta M3," ujar Seto Dalam keterangan pers.
Operasi TMC penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Riau telah dilaksanakan selama 160 hari dengan melakukan 134 sorti penerbangan penyemaian awan. Total volume air hujan yang dihasilkan selama operasi berlangsung lebih dari 700 juta M3.
"Tingkat kesulitan tebalnya kabut asap yang capai ketinggian 7.000 hingga 8.000 feet dan terbentuknya lapisan awan di ketinggian 14.000 hingga 15.000 feet yang menyulitkan sinar matahari masuk menembus ke permukaan bumi sehingga awan konvektif sulit tumbuh. Potensi awan di wilayah Riau sekitarnya diperkirakan akan membaik dalam waktu 2 hingga 4 hari mendatang,” jelas Samba Wirahma yang merupakan Koordinator Lapangan BBTMC BPPT wilayah Riau.
Samba mengatakan operasi TMC di Riau menambahkan bahan penyemai kapur tohor (CaO). Sekitar 30 ton kapur tohor dikirim dari Jakarta.
Posko Riau diperkuat pos pemantauan meteorologi (Posmet) di Dumai dan Pelalawan, dengan jumlah personil 10 orang dari BBTMC-BPPT, satu orang dari BMKG, 13 orang (kru pesawat Hercules C 130 dengan no reg A-1328 dari Skuadron 31 Halim Perdana Kusumah), dan 12 orang (kru Cassa 212-200 no reg A-2108 dari Skuadron 4 Malang).
Baca juga: Hujan buatan berhasil turun di Riau
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019