• Beranda
  • Berita
  • BNPB: 328.724 hektare hutan-lahan terbakar selama Januari--Agustus

BNPB: 328.724 hektare hutan-lahan terbakar selama Januari--Agustus

20 September 2019 11:33 WIB
BNPB: 328.724 hektare hutan-lahan terbakar selama Januari--Agustus
Petugas memadamkan kebakaran lahan gambut di Pekanbaru, Riau, Sabtu (7/9/2019). Kebakaran lahan membuat Kota Pekanbaru diliputi kabut asap. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/aww.
Luas hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia selama Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724 hektare, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo.

"Luas lahan terbakar terbanyak ada di Provinsi Riau, yaitu mencapai 49.266 hektare," kata Agus dalam siaran pers BNPB yang diterima di Jakarta, Jumat.

Kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Kalimantan Tengah dan mencakup area seluas 44.769 hektare.

Selain itu kebakaran hutan dan lahan meliputi area seluas 25.900 hektare di Kalimantan Barat, area seluas 19.490 hektare di Kalimantan Selatan, 11.826 hektare lahan di Sumatera Selatan, dan 11.022 hektare lahan di Jambi.

Agus mengatakan jumlah titik panas pada Jumat pukul 09.00 WIB dilaporkan 5.086, paling banyak di Kalimantan Tengah dengan 1.443 titik panas disusul Kalimantan Barat (1.384), Jambi (695), Sumatera Selatan (532), Riau (187), dan Kalimantan Selatan (169).
 
Petugas memadamkan lahan gambut yang terbakar di Desa Wesalo, Kecamatan Lalolae, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Senin (2/9/2019). (ANTARA FOTO/Jojon)


Baca juga: Kalteng tetapkan status tanggap darurat bencana karhutla

Kebakaran hutan dan lahan menimbulkan kabut asap yang menurunkan kualitas udara.

Di Kalimantan Tengah, indeks standar pencemar udara tercatat 344 menunjukkan bahwa konsentrasi pencemar udara sudah dalam kategori berbahaya. Kualitas udara di Sumatera Selatan juga menurun dengan indeks standar pencemar udara 302, termasuk kategori berbahaya.

Sedangkan indeks standar pencemar udara di Riau tercatat 226, menunjukkan udara dalam keadaan sangat tidak sehat, sementara di Kalimantan Barat dan Jambi indeks standar pencemar udaranya masing-masing 177 dan 154, termasuk dalam kategori tidak sehat.

Baca juga:
KLHK desak perusahaan siapkan brigade pengendalian karhutla

Pengamat sodorkan dua langkah menyelesaikan Karhutla

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019