• Beranda
  • Berita
  • Perguruan tinggi Indonesia harapkan kerja sama riset Huawei

Perguruan tinggi Indonesia harapkan kerja sama riset Huawei

20 September 2019 16:20 WIB
Perguruan tinggi Indonesia harapkan kerja sama riset Huawei
Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Mochamad Ashari (kiri), Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Kerjasama Universitas Indonesia Dedi Priadi (tengah), dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Universitas Gajah Mada Djagal Wiseso Marseno (kanan) dalam kunjungan di Pusat Riset dan Pengembangan Bidang Mobile Broadband Huawei di Shanghai, China, Jumat. (ANTARA News/Imam Santoso)
Perguruan-perguruan tinggi di Indonesia mengharapkan kerja sama riset dengan Huawei Technologies menyusul visi perusahaan asal China itu terhadap riset keilmuan dasar dan penerapan teknologi informasi dalam semua bidang.

"Kami punya sumber daya manusia yang mumpuni dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi," kata Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Kerja sama Universitas Indonesia Dedi Priadi selepas mengikuti ajang Huawei Connect 2019 di Shanghai, China, Jumat.

Universitas Indonesia, lanjut Dedi, terus melakukan perubahan terhadap keilmuan dasar seperti ilmu matematika untuk dikembangkan dalam ilmu multi-disiplin sehingga dapat berperan dalam berbagai bidang kehidupan.

Baca juga: Huawei dorong pemanfaatan komputasi awan secara inklusif

Baca juga: Ajang Huawei Connect 2019 fokuskan tren kecerdasan buatan


Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Universitas Gajah Mada Djagal Wiseso Marseno mengatakan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia seakan terseok-seok terkait penelitian keilmuan dasar karena kelangkaan pendanaan.

"Negara yang tidak menguasai ilmu dasar akan selalu menjadi pengikut negara-negara lain yang sudah menguasainya sejak lama seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang," kata Djagal yang menambahkan arti penting politik anggaran terhadap bidang riset dan keilmuan di Tanah Air.

Djagal berharap kehadiran politik anggaran yang berpihak pada riset dan keilmuan serta kerjasama dengan perusahaan swasta seperti Huawei dapat menghindari ilmuwan Indonesia dari lembah kematian.

"Industri di Indonesia seringkali hanya membeli lisensi atau barang dan berbeda dengan industri di China dan Jepang yang mengutamakan riset sejak awal," kata Djagal.

Pendapat senada juga disampaikan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Mochamad Ashari yang menyatakan Indonesia dapat mengejar ketertinggalan teknologi dari negara lain dengan memperkuat pengembangan bidang aplikasi teknologi komunikasi dan informatika.

"Kita telah tertinggal jauh dalam pengembangan perangkat teknologi ataupun jaringan komunikasi. Tapi, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang mampu mengejar ketertinggalan dari sisi aplikasi sebagaimana dilakukan ITS," kata Ashari.

Huawei Connect 2019 berlangsung di area pameran Shanghai World Expo Exhibition & Convention Center serta Shanghai Expo Center pada 18-20 September 2019 dengan fokus pada tren kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Baca juga: Mencoba hidup tanpa Google, Huawei Mate 30 dan Mate 30 Pro diluncurkan

Baca juga: Huawei kampanyekan pemanfaatan TIK demi kemanusiaan

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019