Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun mengingatkan para lulusan perguruan tinggi agar benar-benar melek Revolusi Industri 4.0, karena ada banyak tantangan sekaligus peluang di era perubahan besar yang berbasis pada kemajuan teknologi informasi itu.
"Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi cara industri beroperasi dan cara melayani konsumen. Situasi ini memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan diri,” kata Mukhamad Misbakhun melalui keterangan tertulisnya, Minggu.
Baca juga: Menkop: Revolusi Industri 4.0 buka peluang siapapun jadi pengusaha
Mantan pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Keuangan itu menjelaskan, besarnya perusahaan bukan lagi ukuran keberhasilan, sebab yang dituntut saat ini adalah kelincahan dan kemampuan membaca kebutuhan pasar.
Misbakhun mencontohkan aplikasi Grab dan Go-Jek yang menjadi ancaman bagi pemain-pemain besar industri transportasi, serta aplikasi Airbnb yang menggerus kampiun perhotelan.
“Grab dan Go-Jek justru tidak memiliki satu pun armada transportasi. Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama industri perhotelan dan tidak memiliki satu pun hotel,” tuturnya.
Baca juga: Menhan sebut tantangan revolusi industri 4.0 adalah ancaman "mindset"
Politisi Partai Golkar itu menuturkan, inti Revolusi Industri 4.0 adalah makin kuatnya peran internet yang memudahkan komunikasi antarmanusia, manusia dengan mesin, bahkan mesin dengan mesin. "Peran manusia lebih pada fungsi 'controling', untuk memastikan mesin berinteraksi sesuai yang diharapkan,” katanya.
Misbakhun menambahkan, hal menonjol di era Revolusi Industri 4.0 adalah disrupsi. Nama-nama besar di berbagai sektor industri menjadi kalah bersaing karena melakukan kesalahan, sehingga menghadapi disrupsi.
Baca juga: LL Dikti dorong PTS sesuaikan kurikulum dengan Revolusi Industri 4.0
Dia mencontohkan, pabrikan telepon seluler Nokia yang produk-produknya pernah merajai pasar, tapi kini tergusur dan kalah bersaing. "Nokia kalah bersaing bukan karena kurang kreatif ataupun tak berinovasi, tapi karena adanya revolusi industri 4.0. Kini inovasi berkelanjutan yang dulu dianjurkan para ahli, tak cukup lagi. Ini menjadi persoalan besar pada abad ini," katanya.
Pada kesempatan itu, Misbakhun mendorong wisudawan dan wisudawati berani berpikir kreatif dan orisinal yakni membuat perusahaan rintisan atau start-up.
"Generasi milenial saat ini tidak lagi tertarik pada usaha mikro kecil dan menengah. Kuncinya adalah penguasaan pada teknologi informasi dan berani mengambil risiko. Karena itulah yang lebih menentukan kesuksesan di masa depan," katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019