Polisi pada Minggu menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dalam bentrokan terbaru dalam serangkaian protes rusuh yang telah berlangsung lebih dari tiga bulan yang telah menjerumuskan kota yang dikuasai China itu ke dalam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade.
Bentrokan terbesar terjadi di dekat stasiun Mass Transit Railway (MTR), yang sekarang menjadi sasaran serangan karena stasiun sering ditutup atas perintah pemerintah untuk menghentikan para demonstran berkumpul.
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di New Town Plaza di kota New Territories, Sha Tin pada Minggu, meneriakkan: "Berjuang untuk kebebasan" dan "Bebaskan Hong Kong."
Para aktivis menginjak-injak bendera China di dekat stasiun kereta api dan mengepung seorang pria yang mereka yakini menentang mereka. Para pengunjuk rasa juga menghancurkan kamera video dan loket tiket di stasiun.
Beberapa mulai membuang sampah di pintu masuk mal. Para pengunjuk rasa kemudian tumpah -ruah ke luar tempat mereka membakar barikade yang terbuat dari kardus, pohon-pohon palem patah dan puing-puing lainnya.
Pihak pengelola MTR mengatakan pada Senin layanan kereta api telah kembali normal.
Mantan koloni Inggris itu berada di ambang peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat pada 1 Oktober, dengan pihak berwenang ingin menghindari adegan yang dapat mempermalukan pemerintah pusat di Beijing.
Pemerintah Hong Kong telah membatalkan pertunjukkan kembang api besar untuk menandai hari atas kemungkinan terjadi bentrokan lebih lanjut.
Baca juga: China: status Hong Kong tak dapat diganggu gugat
China, yang memiliki garnisun Tentara Pembebasan Rakyat di Hong Kong, mengatakan pihaknya memiliki keyakinan pada pemimpin Hong Kong Carrie Lam untuk menyelesaikan krisis.
Demonstran frustrasi pada apa yang mereka lihat sebagai pengetatan Beijing atas pusat keuangan Asia, yang kembali ke China pada tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang dimaksudkan untuk menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di daratan.
China mengatakan pihaknya berkomitmen pada pengaturan "satu negara, dua sistem" dan menyangkal ikut campur.
Hong Kong juga menandai ulang tahun kelima akhir pekan ini dari dimulainya protes pro-demokrasi "Gerakan Payung" yang gagal merebut konsesi dari Beijing.
Para pemrotes anti-pemerintah, banyak yang bertopeng dan mengenakan pakaian hitam, telah menyebabkan kekacauan sejak Juni, melemparkan bom bensin ke polisi, menghancurkan stasiun metro, memblokir jalan-jalan bandara dan menyalakan api jalanan.
Sumber : Reuters
Baca juga: Kelompok pro-Beijing cabuti dinding protes Hong Kong, risiko bentrok
Baca juga: Pemimpin Hong Kong Carrie Lam akui China tak pernah memintanya mundur
Pewarta: Maria D Andriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019