“Di sini kami telah menerapkan sistem pemisahan sampah, kami tak lagi menggunakan plastik sekali pakai, bahkan sistem pencahayaan di sini pun menggunakan teknologi sensor. Jadi kalau kalian tak bergerak selama 10 menit, lampunya akan mati,” Dubes Grijns menjelaskan aksi tangkal perubahan iklim yang telah dilakukan Kedubes Belanda selama beberapa bulan terakhir.
Tak hanya itu, Kedubes Belanda di Jakarta, kata Grijns, juga memiliki kebun sayur sendiri.
“Kami punya lahan berkebun, dan memproduksi kebutuhan pangan sendiri. Kami mencoba mempraktikkan apa yang kami kampanyekan (soal perubahan iklim, red),” jelas Dubes Grijns.
Terakhir, ia menambahkan jajaran Kedubes Belanda di Jakarta juga telah menerapkan satu hari tanpa daging. Konsumsi daging, menurut beberapa penelitian, jadi salah satu faktor penyebab tingginya emisi gas karbon yang mempercepat terjadinya laju perubahan iklim.
Beberapa program yang telah dilakukan, menurut Grijns, diyakini dapat mengurangi dampak perubahan iklim yang sekarang menjadi isu negara-negara dunia.
Oleh karena itu, Grijns menjelaskan pihaknya akan mendukung tiap aksi yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim.
“Kita harus kerja sama dan semakin inovatif dalam menangani perubahan iklim,” kata Grijns dalam Bahasa Indonesia.
Kedutaan Besar Belanda di Jakarta dan Uni Eropa berkolaborasi bersama lembaga swadaya masyarakat, Hutan Itu Indonesia (HII), dan beberapa kelompok anak muda menggelar Pekan Diplomasi Iklim di Jakarta pada 23 September - 6 Oktober.
Selama 14 hari, Pekan Diplomasi Iklim akan diisi oleh sejumlah acara, antara lain diskusi panel dan pameran foto di sejumlah kedutaan besar anggota Uni Eropa di Jakarta.
Baca juga: Belanda usir dua pegawai Kedubes Iran
Baca juga: Pemrotes lempari Kedubes Iran di Belanda dengan batu
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019