Protes tersebut dikabarkan dimulai secara damai tapi belakangan berubah rusuh.
Beberapa pemrotes dilaporkan melemparkan batu dan benda-benda lain ke gedung kedutaan besar itu dan berusaha memasukinya dengan cara memanjat pagar kompleks tersebut.
Polisi menangkap empat tersangka, termasuk putra Ahmad Mola Nissi --seorang pemimpin kelompok separatis Gerakan Perjuangan Arab bagi Pembebasan Ahwaz (ASMLA), yang dipandang sebagai organisasi teroris oleh Teheran, kata Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Nissi (52) ditembak hingga tewas di depan pintu kediamannya di Den Haag pada November 2017.
Pembangkang lain, Ali Motamed, tewas dalam peristiwa serupa di luar rumahnya di Amsterdam pada Desember 2015. Iran menyatakan Motamed bertanggung jawab atas serangan bom di Teheran pada 1981, yang menewaskan lebih dari 70 orang.
Demonstrasi itu dilancarkan setelah Pemerintah Belanda pada Selasa (8/1) menuduh Iran menyewa gerombolan penjahat untuk membunuh kedua orang tersebut dan setelah Uni Eropa menjatuhkan sanksi atas Teheran atas apa yang dikatakannya sebagai "kegiatan luas perencanaan pembunuhan di seluruh Eropa".
ASMLA --kelompok pembangkang nasional Arab-- bertujuan mendirikan negara terpisah di Provinsi Khuzestan, yang kaya akan minyak di bagian barat-daya Iran.
Baca juga: Iran panggil Dubes Prancis soal pertemuan pembangkang di Paris
Penyunting: Chaidar Abdullah
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019