Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat mencatat sebanyak 1.700 warga setempat menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dari 1 hingga 19 September 2019 akibat terpapar asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menyelimuti daerah itu.Jumlah penderita ISPA tersebut didominasi oleh orang dewasa yang mana tingkatan keparahannya berbeda-beda, mulai dari batuk biasa hingga parah.
"Sedangkan bulan lalu data ISPA mencapai 2.000 orang, ini menunjukkan belum ada kenaikan siginifikan penderita ISPA semenjak kabut asap beberapa pekan ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman Yutiardi Rivai di Parit Malintang, Selasa.
Ia mengatakan jumlah penderita ISPA tersebut didominasi oleh orang dewasa yang mana tingkatan keparahannya berbeda-beda, mulai dari batuk biasa hingga parah.
Bahkan, lanjutnya hingga saat ini pihaknya belum menemukan warga daerah itu yang dirawat di rumah sakit karena ISPA akibat terdampak kabut asap.
Namun, pihaknya selalu meminta warga di daerah itu untuk mengurangi aktifitas di luar rumah guna meminimalisir dampak asap.
"Kami juga telah membagikan masker kepada warga melalui sejumlah organisasi perangkat daerah dan puskesmas," katanya.
Ia menyebutkan hingga saat ini jumlah masker yang telah dibagikan pihaknya kepada warga Padang Pariaman yaitu mencapai 20 ribu buah.
"Semenjak Jumat (13/9) bupati pun juga membuat imbauan agar warga mengurangi aktifitas di luar rumah," ujarnya.
Sementara itu, warga Kecamatan VII Koto Bustanil Arifin mengatakan kedua anaknya sudah memasuki hari kedua dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman.
"Kedua anak saya batuk-batuk dan dokter menduga ada hubungannya dengan kabut asap," katanya.
Meskipun ia tidak bisa memastikan penyebab batuk kedua anaknya tersebut namun ia berharap kabut asap menghilang.
Baca juga: Kabut asap membuat belasan ribu warga Tanah Datar terserang ISPA
Baca juga: BMKG : Kualitas udara Kabupaten Dharmasraya sangat tidak sehat
Baca juga: Seminggu Payakumbuh diselimuti asap, penderita ISPA meningkat
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019