"Ubi kayu ini cocok untuk mendukung ketahanan atau kedaulatan pangan karena ini ada di hampir semua wilayah Indonesia," kata peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Ahmad Fathoni, dalam pemaparannya di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong, Selasa.
Selain cocok untuk meningkatkan ketahanan pangan, melalui pengembangan varietas unggul singkong tersebut LIPI berharap singkong tidak lagi dipandang sebelah mata sebagai makanan yang rendahan tetapi juga menyehatkan.
"Jadi kami ingin mengubah pola pikir masyarakat bahwa ubi kayu tidak sekadar makanan rendahan dan murahan, tetapi juga makanan sehat," katanya.
Baca juga: Pemerintah siapkan Rp4 miliar dana singkong rakyat
Baca juga: Inul berbisnis camilan untuk berdayakan petani singkong
Ia mengatakan varietas unggul singkong yang dikembangkan LIPI adalah varietas Carvita 5.
Varietas tersebut memiliki kandungan beta karoten tinggi yang kaya Vitamin A serta tidak mengandung gluten sehingga aman dikonsumsi bagi mereka yang memiliki alergi gluten.
Varietas ubi kayu yang mereka kembangkan juga, katanya, dapat tumbuh di lahan sub-optimal bahkan di atas lahan yang minim hara.
"Meski daya hasil juga akan berbeda jika kita menanamnya di lahan yang optimal," katanya.
Sementara itu, peneliti LIPI tersebut juga menyebutkan bahwa selain mengembangkan bibit singkong yang unggul, LIPI juga mengembangkan teknologi proses pengolahan ubi kayu menjadi mocaf (modified cassava flour) yang kaya beta karoten.
Produk mocaf kaya beta karoten yang dihasilkan dari ubi kayu unggul LIPI, kata dia, memiliki kualitas yang terbukti lebih baik dibandingkan mocaf yang ada di pasaran.
"Kami berharap selain dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi, singkong ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha seperti petani, pengolah hingga pelaku usaha industri," katanya.
Baca juga: LIPI: Plastik oxo beda dengan bioplastik dari singkong
Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019