• Beranda
  • Berita
  • LIPI: Plastik oxo beda dengan bioplastik dari singkong

LIPI: Plastik oxo beda dengan bioplastik dari singkong

1 Agustus 2019 11:48 WIB
LIPI: Plastik oxo beda dengan bioplastik dari singkong
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono. (ANTARA/ H.O Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Menurut kajian LIPI, plastik oxo yang sebelumnya diisukan lebih sehat untuk membungkus daging hewan kurban itu ternyata beda dari bioplastik yang terbuat dari singkong asli.

"Bioplastik yang terbuat dari singkong bersifat lebih lentur dan mudah larut dalam air panas. Bioplastik dalam hitungan enam bulan juga bisa terurai bukan bertahun-tahun seperti plastik oxo," ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono ketika dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Plastik oxo sebenarnya adalah plastik biasa yang diberi tambahan material katalis, agar dapat mengakselerasi fragmentasi plastik menjadi serpihan kecil.

"Disebut plastik oxodegradable karena proses oksidasi oleh panas memperburuk kualitas plastiknya sehingga pecah menjadi serpihan-serpihan kecil," ujar Agus. Katalis itu dapat berfungsi mempercepat plastik terkoyak dengan kondisi khusus seperti adanya radiasi sinar ultraviolet (UV) atau paparan panas matahari.

Agus menambahkan plastik oxo itu tidak lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan plastik biasa, namun kata Agus, plastik oxo memang lebih cepat terurai jika dalam kondisi khusus tadi. "Jika plastik konvensional 50 tahun baru terurai, plastik oxo ini lebih cepat kalau terpapar sinar matahari," ujar dia.

Namun, kata Agus, bahayanya sama dengan plastik biasa. Apalagi jika plastik oxo terbuang ke sungai atau laut dan dimakan oleh biota yang hidup di sana, karena sama-sama dapat mencemari lingkungan.

"Jika plastik oxo tidak terdegradasi penuh dalam waktu yang cukup, justru menimbulkan risiko timbulnya mikroplastik ke dalam lingkungan dan rantai makanan kita dari ikan dan biota laut lainnya," ujar Agus.

Oleh karena itu, kata Agus, perlakukanlah plastik oxo ini seperti plastik biasa. Jangan dibuang sembarangan, apalagi ke sungai atau lautan," tandas Agus.

Sebelumnya kabar hoax soal plastik oxo karena tanpa sengaja ada kesalahan penyebutan oleh seorang reseller plastik tersebut. Dikatakan, plastik yang dijualnya bukan berbahan dasar singkong tapi berteknologi oxodegredable. Ia juga berpesan agar orang-orang jangan sampai salah sangka, plastik itu juga tidak bisa terurai dalam air.


Gubernur DKI Jakarta

Anies Baswedan memiliki solusi terkait bagaimana cara membungkus daging kurban yang lebih ramah lingkungan dibanding memakai plastik. Ia menerapkan penggunaan besek bambu yang beralaskan daun pisang sebagai pengganti kantong plastik yang kerap digunakan pada Hari Raya Idul Adha tahun ini.

“Dan yang tidak kalah penting, tahun ini kita menggalakkan agar menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan," katanya di Ruang Serba Guna Masjid Pusat Islam Jakarta, di Jakarta Utara, Selasa (30/7).*

Baca juga: Plastik pati singkong bisa jadi alternatif wadah daging kurban

Baca juga: Teknologi Oxo-Biodegrable mampu buat plastik mudah terurai

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019