"Saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini dan saya juga siap menggerakkan dan mengawal jalannya kegiatan ini," ujar Muda Mahendrawan di Pontianak, Rabu.
Muda menjelaskan bahwa Bekantan juga merupakan satu di antara maskot dari Kabupaten Kubu Raya. "Sebenarnya Bekantan termasuk maskot di Kubu Raya," lanjutnya.
Dia juga berharap selain membangun manajemen konservasi Bekantan, WWF juga bisa mengupayakan konservasi pembangunan wisata hutan mangrove atau bakau di Kubu Raya.
Sementara itu, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Kubu Raya, Among Hidayah menyatakan, menurut data sampling bahwa di Kabupaten Kubu Raya ada sekitar 163 populasi Bekantan dan empat orang utan.
Baca juga: BKSDA: Bekantan kian terdesak alih fungsi hutan
"Menurut data sampling di Kubu Raya ada sekitar 163 populasi Bekantan dan empat orang utan, karena sebenarnya kita belum mampu melakukan data sensus dengan datang langsung kerumah-rumah dengan wilayah seluas Kabupaten Kubu Raya," katanya.
Selanjutnya, ia menambahkan bahwa kegiatan dalam upaya membangun konservasi seperti ini telah menjadi fokus titik Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) ke depannya.
"Sebenarnya upaya-upaya konservasi Bekantan dan orang utan memang menjadi titik fokus KPH ke depannya, seperti wilayah HCP (Hearing Conservation Program) atau program konservasi pendengaran, memang sudah kita siapkan untuk flora dan fauna," katanya.
Muller Schwaner Arut Belantikan (MSA) Landscape Manager WWF-Indonesia, Anas Nasrullah mengatakan bahwa pertemuan para pihak dalam workshop ini sangat strategis. "Kami ingin menyatukan pandangan sekaligus membangun model konservasi bekantan melalui pendekatan BMP (Best Management Practices,” katanya.
Anas mengatakan, ancaman kepunahan bekantan semakin tinggi karena sebagian besar hidup di luar kawasan konservasi. Kondisinya terancam oleh berbagai aktivitas manusia seperti perburuan, kebakaran, perdagangan,dan konversi hutan.
Di sisi lain, sambung Anas, sejumlah pemegang izin konsesi sudah memiliki komitmen merawat habitat dan populasi bekantan secara berkelanjutan. Bahkan mereka sudah membentuk satuan manajemen konservasi biodiversitas dan kajian secara intensif.
Oleh karenanya, kata Anas, langkah ini merupakan ajang bertukar pikiran. Hasilnya akan diperkuat dengan strategi mereplikasi ke lokasi lain atau pemangku kepentingan yang belum memiliki kapasitas soal manajemen konservasi biodiversitas.
Baca juga: Merestorasi rambai untuk bekantan Pulau Curiak
Baca juga: Pemkab Tapin hijaukan kembali area konservasi bekantan
Pewarta: Andilala dan Samiyah
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019