Pemicunya, kekecewaan ribuan mahasiswa peserta demonstrasi terhadap anggota DPRD Sulteng yang hanya mengirimkan perwakilannya untuk menemui peserta aksi di depan DPRD Sulteng. Padahal mereka sudah berpanas-panasan dari pagi hingga petang.
Padahal saat itu bertepatan dengan rapat paripurna pengambilan janji dan sumpah 45 anggota DPRD Sulteng masa jabatan 2019-2024 di ruang sidang utama DPRD Sulteng.
"Kami menggelar demonstrasi hari ini karena kami yakin semua anggota DPRD Sulteng ada di dalam hari ini. Kami tidak ingin membatalkan jalannya pengambilan janji dan sumpah, kami hanya ingin mereka kemari," sesal koordinator aksi, Fahrudin saat manyampaikan orasinya.
Kekesalan ribuan mahasiswa tersebut memuncak saat perwakilan DPRD Sulteng yang menemui pengunjuk rasa hanya dua orang, salah satunya Wakil Ketua Sementara DPRD Sulteng, Yusmaun.
"Kami ingin seluruh wakil rakyat atau perwakilan seluruh fraksi di DPRD Sulteng ke sini. Kami hanya ingin meminta pernyataan sikap mereka dan menolak revisi UU KPK yang baru disahkan oleh presiden Jokowi, menolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan dan menangkap pelaku pembakaran hutan,"ujarnya.
Sementara itu Wakil Ketua Sementara DPRD Sulteng, Yusmaun di hadapan ribuan pengunjuk rasa enggan memenuhi permintaan tersebut.
"Sudah banyak yang pulang karena ada anggota DPRD Sulteng yang syukuran di rumahnya atas pelantikannya sebagai anggota dewan," katanya .
Menurutnya permintaan para demonstran tersebut sukar untuk dipenuhi karena harus mendatangkan seluruh perwakilan fraksi di DPRD Sulteng.
"Tentu saya harus komunikasikan dengan mereka untuk meminta pernyataan sikap tiap fraksi, baru kemudian menyatakan sikap atas tuntutan adik-adik mahasiswa. Kalau saya pribadi mendukung," ucapnya.
Setelah Yusmaun kembali ke dalam Sekretariat DPRD Sulteng, situasi makin memanas karena tak satupun anggota DPRD Sulteng yang kembali menemui mereka.
Tak lama berselang, terjadi aksi saling dorong yang dilakukan mahasiswa terhadap aparat dan tiba-tiba beberapa batu berukuran cukup besar yang diduga kuat dilemparkan oleh oknum provokator mengarah ke kerumunun aparat yang tengah berjaga.
Bentrokanpun tak dapat terhindarkan. Ratusan aparat kepolian dari Polres Palu dan Polda Sulteng langsung memukul mundur ribuan demonstran untuk menjaga situasi agar tidak semakin kacau. Aparat juga menembakkan gas air mata dan meriam air atau water canon untuk membubarkan aksi.
Namun ribuan mahasiswa tersebut tetap bertahan hingga akhirnya bubar menjelang masuk waktu maghrib.
Akibatnya puluhan pengunjuk rasa terluka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat akibat kelelahan, menghirup gas air mata, terkena pukulan aparat yang memukul mundur demonstran, terkena lemparan batu dan tertusuk pagar besi saat berusaha menyelamatkan diri.
Hingga pukul 20.00 Wita beberapa demonstran yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, belakang Markas Polda Sulteng sudah diizinkan keluar karena tidak mengalami luka.
Baca juga: Ribuan mahasiswa di Palu unjuk rasa sampaikan tiga tuntutan
Baca juga: Miko Kamal sebut tuntutan utama mahasiswa selamatkan KPK
Baca juga: MUI: Hentikan kekerasan terhadap demonstran
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019