Warga yang meninggal dunia menurut data pemerintah terdiri atas seorang dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, seorang warga Desa Nania di Kecamatan Teluk, Ambon; seorang warga Desa Wai, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah; serta anak berusia dua tahun bernama Joy Nanlohy di Lembah Argo, Desa Passo, Kecamatan Baguala, Ambon.
Joy Nanlohy meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan rumah orang tuanya, Johan Nanlohy, dan keluarga Siregar yang roboh akibat gempa.
"Balita tersebut sempat ditolong warga dan dilarikan ke RS Oto Kuyk di Desa Passo, tetapi nyawanya tidak tertolong," kata Pendeta Jemaat Lembah Argo, Christ Timisella, ketika dimintai konfirmasi oleh ANTARA.
Balita tersebut mengalami luka cukup parah di bagian kepala. Menurut Christ, jenazah balita tersebut sudah dibawa pulang dari rumah sakit dan disemayamkan di rumah pamannya di Lembah Argo. Rencananya, jenazah akan dimakamkan pada Jumat (27/9).
Gempa juga menyebabkan beberapa orang terluka serta sejumlah bangunan rumah, perkantoran, dan fasilitas umum rusak.
Saat ini sebagian warga Kota Ambon dan sekitarnya mengungsi ke kawasan dataran tinggi karena khawatir tsunami datang meski Kepala Stasiun Geofisika Ambon Sunardi telah menyampaikan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi di Ambon pada Kamis pagi berdasarkan informasi awal magnitudonya 6,8 dan kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi 6,5. Getaran gempa itu dirasakan di daerah Kairatu, Haruku, Tihulae, Latu, dan Ambon.
Baca juga:
Gempa bumi magnitudo 6,5 guncang Ambon
Gempa Ambon sebabkan kerusakan bangunan dan fasilitas umum
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019