Bank Indonesia (BI) menyatakan aksi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan bisa berdampak negatif bagi investasi dalam negeri.
"Pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan, red) dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor fundamental perusahaan dan kedua terkait sentimen negatif dari luar," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono di Solo, Jumat.
Meski demikian, dikatakannya, untuk sentimen negatif dari luar seperti halnya unjuk rasa biasanya hanya bersifat sementara. Kondisi tersebut termasuk aksi jual saham oleh investor asing pada IHSG, Selasa (24/9) yang mencapai Rp1 triliun diperkirakan hanya berlangsung sementara.
"Memang kalau unjuk rasa sudah mengarah pada ancaman disabilitas negara pasti akan memberi sentimen negatif. Kondisi ini berdampak pada kekhawatiran investor sehingga mereka jual saham," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, secara umum investor asing tetap optimistis dengan kondisi pasar Indonesia karena selama ini dianggap memiliki potensi cukup tinggi untuk mencari keuntungan bagi mereka.
"Termasuk kalau sekarang harga saham turun, biasanya tidak lama akan kembali naik lagi," katanya.
Oleh karena itu, dikatakannya, kondisi tersebut tidak memberikan sentimen negatif secara signifikan terhadap perekonomian dalam negeri.
"Pemerintah bertindak cukup sigap untuk menyelesaikan permasalahan. Ini memberikan rasa aman kepada investor," katanya.
Bahkan, pihaknya juga sudah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada para investor bahwa yang terjadi beberapa waktu lalu merupakan reaksi yang wajar terhadap transisi penerapan Undang-Undang (UU).
Baca juga: CSIS optimistis unjuk rasa tidak pengaruhi ekonomi RI
Baca juga: Gubernur BI yakinkan investor Jepang untuk investasi di Indonesia
Baca juga: BI perkiraan investasi meningkat pada semester II 2019
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019