"Pihak Korea sudah menyatakan ketertarikannya untuk ikut berpartisipasi dalam pemindahan IKN (Ibu Kota Negara)," kata Syarif Burhanuddin dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Syarif mengemukakan, pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu prioritas nasional pada tahun 2020-2024, sehingga dinilai membutuhkan teknologi konstruksi yang lebih efisien.
Untuk itu, ujar dia, kerja sama dengan negara lain termasuk Korea Selatan sangat diperlukan untuk berbagi teknologi terkini di bidang konstruksi.
"Terlebih lagi terkait rencana pembangunan Ibu Kota Baru yang akan menggunakan konsep Smart City, yang mengkombinasikan antara kawasan kota pemerintahan berbasis keberlanjutan dan teknologi serta memperhatikan efisiensi," ujarnya.
Dikatakan Syarif, Pemerintah Indonesia dalam hal rencana pemindahan Ibu Kota Negara juga dapat berbagi pengalaman dengan Korea, karena pemerintah Korsel juga telah memindahkan sebagian kantor pemerintahan ke Kota Sejong yang dibangun sebagai kota cerdas dengan teknologi tinggi.
"Saat ini mereka masih melihat potensi pada bidang apa yang bisa ikut terlibat, sekaligus mempelajari skema kerja sama yang cocok. Salah satu yang bisa kita pelajari dari Korea adalah kelebihan mereka dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam pembangunan kota," ujarnya.
Baca juga: Rusia janjikan dukungan pembangunan infrastruktur Ibu Kota baru RI
Baca juga: Pembangunan infrastruktur ibu kota baru jangan eksploitasi SDA
Sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, kerja sama Indonesia dan Korea sudah berlangsung lama dan terus meningkat terutama dalam pembangunan infrastruktur.
Sebagaimana diwartakan, Pemerintah Indonesia mengajak investasi first class atau yang berteknologi maju asal Korea Selatan untuk bisa masuk ke Tanah Air.
“Kini, saatnya investasi first class Korea Selatan (Korsel) masuk ke Indonesia. Bukan lagi investasi kelas dua yang hanya mengimpor bahan mentah dari Indonesia,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam siaran pers BKPM di Jakarta, Jumat (20/9).
Dalam forum bisnis "Invest Indonesia" di Seoul, Korsel itu, Luhut menjelaskan investasi first class adalah investasi yang mengandalkan teknologi maju, proses alih teknologi, dan peningkatan nilai tambah atas produk yang dihasilkan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Luhut menyebutkan beberapa peluang investasi di sektor hilir domestik yang memiliki nilai tambah tinggi, antara lain pengolahan mineral nikel, bauksit, dan mangan.
Hubungan bisnis Korsel-Indonesia terus menjadi titik terang dalam perekonomian regional dan dunia. Hubungan kedua negara dinilai mengalami tren positif menyusul adanya realisasi investasi.
Realisasi investasi itu di antaranya peletakan batu pertama kompleks industri petrokimia oleh Lotte Chemical dengan investasi sebesar 3,5 miliar dolar AS. Selain itu, Hyundai Motor juga mengumumkan bahwa mereka akan kembali ke Indonesia dengan investasi sebesar 1,7-1,8 juta dolar AS.
Duta Besar RI untuk Korsel Umar Hadi mengatakan selama lima tahun terakhir Korsel menjadi salah satu sumber arus utama investasi asing langsung ke Indonesia.
Baca juga: WIKA siap dukung penyediaan infrastruktur Ibu Kota baru
Baca juga: Pengamat: Ibu kota baru harus fokus angkutan massal bukan pribadi
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019