Berdasarkan pantauan Satelit Lapan pada 30 September 2019 ini terdapat 198 titik di wilayah Sumsel, meningkat dari hari sebelumnya (29/9) sebanyak 63 titik panas.
“Titik panas hari ini naik lagi, tercatat ada 198 titik panas, 150 titik diantaranya ada di Ogan Komering Ilir (OKI),” kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori.
Ia menerangkan, saat ini tim darat dan udara terus melakukan pemadaman di daerah yang terbakar, terutama di wilayah yang terpantau titik panas.
Tim masih fokus melakukan pemadaman dengan helikopter pembom air (waterbombing) terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir karena terbanyak titik panasnya.
“Ogan Komering Ilir sebagian besar wilayahnya merupakan lahan gambut sehingga jika terbakar sangat mudah meluas, selain itu lokasinya sangat berdekatan dengan Palembang, jika ada asap maka asapnya akan mengarah ke Palembang,” kata dia.
Ansori mengatakan, sampai saat ini luas kebakaran di Sumsel mencapai 80.125 hektare. Tiga kabupaten yang lahan terbakar paling luas yakni Musi Banyuasin (24.304 hektare), Ogan Komering Ilir (24.129 hektare), dan Banyuasin (14.612 hektare).
Baca juga: Satgas karhutla Sumsel berjibaku padamkan api di Muaraenim dan Muba
Kepala Seksi Observasi Dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji mengatakan, walau titik panas meningkat, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) untuk kualitas udara masih dalam kategori sedang dengan angka 55.
Pantauan BMKG di tingkat Konsentrasi Partikulat (PM 10) di Kota Palembang masih dalam kategori sedang dengan nilai 72.51 mikrogram/meter kubik. PM 10 sempat menyentuh kategori tidak sehat pada pukul 07.00 WIB-08.00 WIB dengan nilai 188.77 mikrogram/meter kubik -172.29 mikrogram/meter kubik.
"Setelah munculnya potensi hujan dari 24-27 September 2019, intensitas hujan pada beberapa hari ke depan akan menurun. Fenomena ini terjadi karena secara regional, muncul Badai Tropis Mitag di Laut Cina Selatan mengakibatkan kembali adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah badai tersebut," kata Benny.
Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan (1-3 Oktober 2019). Adapun kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah Sumsel dikarenakan kelembaban udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan.
Baca juga: Walhi Sumsel deteksi 280 titik api di lahan konsesi
Angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari arah Tenggara – Selatan dengan kecepatan 4-11 Knot (7-20 Km/Jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat Kebakaran hutan dan lahan ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.
Ia menjelaskan, intensitas asap terjadi pada pagi hari pada rentang waktu 04.00-07.00 WIB. Hal ini dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada saat waktu tersebut.
"Fenomena asap sendiri diindikasikan dengan kelembaban yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye/merah pada pagi dan sore hari. “Hal ini berpotensi tidak baik jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap (smog) yang umumnya terjadi pada pagi hari,” kata dia.
Ia mengatakan jarak pandang terendah pada Senin pagi (30/9) berkisar 1.000-2.000 meter dengan Kelembapan pada saat itu 94 persen-95 persen dengan keadaan cuaca Asap (Smoke). “Kabut asap ini tidak berdampak pada aktifitas penerbangan di Bandara SMB II Palembang,” ujar dia.
Baca juga: Modifikasi cuaca terus dilakukan di Sumsel untuk cegah kebakaran
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019