Kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap tahun tersebut, dirangkaikan dalam acara "October First Gathering" dengan menampilkan tradisi dan budaya Jerman.
Para peserta yang hadir sebagian besar mengenakan batik dan yang lainnya mengenakan busana kasual khas Jerman atau "dirndl dress".
Acara diawali dengan sambutan General Manager Hotel Eastin Sherizii Zeck dilanjutkan dengan sambutan oleh Chef Natascxia Bicego mewakili CYM.
Baca juga: Pekan Batik Internasional dibuka, diikuti 11 negara
Setelah itu dilanjutkan dengan penampilan Tari Topeng Cirebon dari Provinsi Jawa Barat dengan panggung bendera tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Jerman, serta pemaparan tentang batik oleh Esther L. Widjaya yang menceritakan tentang macam-macam batik dan perbedaan batik Indonesia dengan Malaysia.
"Kain batik Malaysia memang memiliki keunggulan internasional karena memiliki warna lebih cerah dan lebih beragam dengan gambar hewan dan manusia yang umum dan batik Indonesia yang lebih terpengaruh mistik," katanya.
Dia juga memaparkan sejumlah "slide" bermacam-macam corak batik yang ada di Indonesia dan Malaysia.
Kemudian dilanjutkan dengan peragaan busana batik diikuti sembilan peserta, termasuk seorang ibu dari Italia dengan juri di antaranya Novi Handayani Ginting dari Paketindo.
Pemaparan tentang tradisi dan budaya Jerman disampaikan oleh Presiden The International Women's Association Kuala Lumpur (IWAKL) Joyce Nelwan.
Setelah pemaparan tentang Jerman dilanjutkan peragaan busana dengan juri Prita Zisser.
Baca juga: Drama musikal "Canting, Malam dan Mas Print" angkat permasalahan batik
Baca juga: Komunitas batik rayakan satu dasawarsa batik warisan tak benda UNESCO
Baca juga: Presiden Jokowi dijadwalkan hadiri Hari Batik Nasional di Solo
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019