• Beranda
  • Berita
  • Gubernur Sulsel jadwalkan buka workshop pelestarian burung liar

Gubernur Sulsel jadwalkan buka workshop pelestarian burung liar

2 Oktober 2019 02:55 WIB
Gubernur Sulsel jadwalkan buka workshop pelestarian burung liar
Pengujung menikmati keindahan burung yang dlindungi dan masuk dalam program konservasi. ANTARA Foto/ Suriani Mappong

LSM Burung sejak 2002 sudah aktif menjalankan program konservasi di tingkat tapak melibatkan pemerintah dan masyarakat setempat.

Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah dijadwalkan menghadiri workshop yang digelar Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) Burung yang bergerak dibidang pelestarian burung liar dan habitatnya di Makassar, Rabu (2/10).

LSM Burung dengan menggandeng mitra kerja dari Sulawesi, Maluku dan NTT  menggelar kegiatan di Makassar pada tanggal 1 - 3 Oktober 2019 dengan beberapa agenda diantaranya peluncuran buku dan film dokumenter Wallacea, workshop "Masa Depan Keragaman Hayati Wallacea", dan pameran foto.

"Sejak 2002 kami sudah aktif menjalankan program konservasi di tingkat tapak bersama pemerintah dan masyarakat setempat. Karena itu, untuk lokakarya di Makassar ini pun gubernur Sulsel kami hadirkan," kata Kepala Pengembangan dan Konservasi Burung Adi Widyanto pada keterangan persnya di Makassar, Selasa.

Dijelaskan, Program Kemitraan Wallacea diluncurkan pada 2015 sebagai fasilitas pendanaan bagi organisasi masyarakat sipil (OMS) untuk meningkatkan kapasitas dan perannya dalam perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

Baca juga: KNIU: Pembangunan tidak semestinya abaikan keberlangsungan lingkungan

Baca juga: WWF bikin aksi pelestarian alam gandeng organisasi Pramuka dunia

Baca juga: Papua Barat bertekad lestarikan alam untuk anak cucu


Sejak dimulainya kegiatan itu, program menyalurkan pendanaan senilai 5 juta dolar AS kepada 66 OMS untuk pelaksanaan 102 proyek konservasi di seluruh Wallacea.

Proyek-proyek tersebut berkontribusi bagi pelestarian jenis-jenis yang mengalami ancaman eksploitasi, perlindungan daerah-daerah penting bagi keanekaragaman hayati (KBA), serta penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam.

Menurut Adi, secara singkat dampak program ini mencakup dimensi species, sites dan people. Dalam perlindungan atas jenis-jenis flora dan fauna darat, program mampu berkontribusi menurunkan ancaman bagi 19 dari 22 jenis prioritas Wallacea. Beberapa diantaranya adalah Kakatua Maluku, Nuri Talaud dan kura-kura hutan Sulawesi.

Hasil ini dicapai lewat berbagai strategi seperti perubahan perilaku, substitusi mata pencaharian serta penegakan komitmen dan penguatan kebijakan.

Sedangkan bagi keanekaragaman hayati laut, strategi program cukup efektif dalam melindungi ekosistem karang, mangrove dan lamun sehingga berkontribusi menurunkan ancaman bagi tidak kurang dari 207 jenis prioritas laut di Wallacea, diantaranya adalah dugong, penyu dan beragam jenis karang.



Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019