"Sekarang zamannya Revolusi Industri 4.0, sebenarnya seni itu sangat fleksibel, tetapi jangan lupa, seni menggunakan teknologi hanya sebagai alat, sebab domain-paradigmanya sudah berbeda," kata Prof Arya dalam acara Wisuda Sarjana Seni ke-23 ISI Denpasar, di Denpasar, Rabu.
Menurut guru besar seni karawitan itu, teknologi lebih banyak pada hal-hal yang bersifat positifistik atau yang menggunakan nalar dan logika. Tetapi, seni berpadu antara logika, etika, dan estetika. Estetika yang ada rasa dalam diri manusia, tidak bisa digantikan oleh apapun.
"Ekspresi rasa indah hanya dimiliki oleh manusia. Teknologi dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan karya yang bermutu, yang indah, serta untuk mencapai hal yang lambat jadi cepat. Namun, jangan sampai teknologi menjadi sesuatu yang akan membelenggu para seniman," ucapnya.
Oleh karena itu, Prof Arya, mengingatkan mahasiswa dan lulusannya untuk menggunakan teknologi terkini dengan sebaik-baiknya dan mempelajari dengan sehebat-hebatnya sesuai kebutuhan. Tetapi, seniman harus tetap di posisi sebagai panglima yang mengatur teknologi dalam penciptaan karya seni.
Menurut dia, mahasiswa ISI Denpasar selama menempuh pendidikan telah dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan yang cukup, serta rasa sensitivitas yang sudah terasah dengan baik terhadap nilai-nilai keindahan maupun nilai kemanusiaan.
"Dengan bekal itu, kami harapkan mereka yang dilepas ini mampu bersaing dalam segala hal. Jangankan sekadar untuk mendapatkan pekerjaan, kompetensi mereka, kami sangat yakini bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru," ujarnya.
Baca juga: ISI Denpasar promosi budaya Bali ke Jepang
Baca juga: Praktik body painting diikuti puluhan mahasiswa ISI Denpasar
Akademisi asal Pujungan, Kabupaten Tabanan itu mencontohkan kalau dulu orang berpikiran mereka yang tamat jurusan tari akhirnya hanya menjadi penari. Tetapi kenyataannya sekarang tidak hanya sebatas menjadi penari, mereka menjadi koreografer, pelatih tari, penata rias seni pertunjukan dan sebagainya.
Tidak hanya merias menjadi cantik, tetapi bisa merias menjadi sosok dengan ekspresi yang seram, lucu, sedih dan berbagai jenis karakter lainnya.
"Kini ada puluhan profesi yang bisa digeluti sarjana seni kita, di luar penari dan penabuh, ada koreografer, komposer, kritikus senin, dalang, dramawan, guru seni, penata rias dan busana, penata kecantikan, bengkel/studio seni, pelukis, kriawan, kameramen, fotografer, video editor, animator, film editor, sutradara, desainer, model, pengusaha properti pertunjukan, event organizer, penyanyi, musisi dan lain sebagainya," katanya.
Dengan demikian, lanjut Prof Arya, telah menjadi bukti bahwa ilmu yang didapatkan mahasiswa ISI Denpasar adalah sumber inspirasi secara intelektual maupun finansial
Di sisi lain, Rektor ISI Denpasar dalam kesempatan itu juga menyatakan siap mendukung program kerja Pemprov Bali dengan visinya "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" sesuai kapasitas dan kompetensi yang dimiliki.
"Kami menyambut baik kebijakan baru Gubernur dan Wakil Gubernur karena kebijakan ini sejalan dengan visi dan misi ISI Denpasar sebagai institusi pendidikan bidang seni budaya. ISI Denpasar siap membantu dan menjadi garda depan dari pelaksanaan program kerja Pemprov Bali," ujarnya.
Sepanjang 2019, setidaknya ada empat kali festival seni budaya yang sudah dan akan digelar yakni Bulan Bahasa Bali (Februari), Pesta Kesenian Bali (Juni-Juli), Festival Seni Bal Jani (Oktober) dan Konferensi Internasional Sastra Bali (November). Selain itu, Pemprov Bali juga akan membangun Pusat Kebudayaan Bali.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Prof. Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes mengatakan mahasiswa ISI Denpasar yang diwisuda kali ini berjumlah 333 orang yang berasal dari program Sarjana Seni D4, S1, dan S2. Dengan demikian, jumlah alumni ISI Denpasar sejak 2003 hingga 2019 sebanyak 3.528 orang.
"Kegiatan wisuda ini sekaligus merupakan bentuk pertanggungjawaban kami pada masyarakat bahwa kami sudah menjalankan tugas-tugas yang diberikan negara untuk mencetak lulusan yang sesuai bidang ilmu yang dikembangkan di ISI Denpasar," ucap Prof Artayasa.
Dalam acara wisuda ini juga diisi orasi ilmiah yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Wayan "Kun" Adnyana dengan judul "Tiga Pendekatan Estetika Seni Lukis Kontemporer: Proyeksi Interpretasi Ikonografis Relief Yeh Pulu".*
Baca juga: Rektor ISI: Lelucon kesenian Bali jangan lecehkan seni sakral
Baca juga: Rektor ajak mahasiswa baru bangga jadi bagian ISI Denpasar
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019