Para pengungsi diterima perwakilan Pemerintah Provinsi Sulsel dan Pemkot Makassar saat mendarat di Lanud Hasanuddin, Makassar.
Bersama warga Sulsel yang mengungsi keluar Wamena dan dipulangkan menggunakan pesawat Hercules milik TNI-AU itu berasal dari Malang dan Aceh dan hanya transit di Kota Makassar.
"Dari 50 orang warga Sulsel, 34 dewasa dan 16 anak-anak. Ada juga warga Malang dan Aceh. Kita data dan beri makan selanjutnya warga Malang dan Aceh langsung diberangkatkan lagi," ucap Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah.
Baca juga: Papua Terkini - Bupati: Tidak semua yang mengungsi warga Jayawijaya
Untuk warga Sulsel yang tiba di Makassar diberikan makanan dan minuman selanjutnya dibawa langsung ke Asrama Haji untuk ditampung sementara sembari menunggu keluarga menjemput mereka.
"Setelah pulang, kita mempersiapkan Asrama Haji, makanya kita berkoordinasi dengan Pemkot Makassar. Kita berharap mudah - mudahan semua eksodus atau pengungsi yang datang bisa kita tangani dengan baik," papar dia.
Penjabat (Pj) Wali Kota Makassar, M Iqbal Samad Suhaeb pada kesmapatan itu menabahkan Pemerintah Kota berkomitmen untuk menangani para eksodus dari Wamena.
"Untuk Klinik kita sudah siapkan, tentu tidak semuanya harus ditampung di Asrama Haji pasti ada banyak keluarga yang jemput. Nanti juga kita antar. Kita sudah menurunkan semua dari Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan," ucap Iqbal.
Iqbal, memgemukakan, warga Makassar yang eksodus akan terus berdatangan, mengingat sudah disiapkan pesawat untuk mengangkut mereka korban kerusuhan Wamena Papua.
"Akan terus datang pengungsi, ada tiga Hercules yang digunakan. Dijadwalkan besok malam ada lagi yang datang menggunakan kapal laut. Kami akan terus pantau perkembangannya," papar Iqbal.
Salah seorang pengungsi asal Kabuoaten Enrekang, Hasriani, saat tiba di bandara setempat mengatakan, dirinya bersama 14 orang keluarganya seperti ipar, adik, dan anak-anaknya. berhasil selamat. Meski demikian suaminya masih memilih bertahan di Wamena.
Baca juga: Komnas HAM: Yang dibutuhkan pengungsi Wamena solidaritas kemanusiaan
"Suami masih bertahan disana bersama orang Sulawesi lainnya. Laki- laki masih bertahan disana. Kenapa, karena kita sudah terlanjur tinggal disana," ujar Hasriani yang merupakan dosen salah satu perguruan tinggi di Wamena.
Saat ditanyakan apakah ada rencana untuk kembali ke Wamena, ia mengatakan masih menunggu satu sampai dua bulan di kampung hingga situasinya benar-benar aman untuk kembali, mengingat kehidupannya sudah terlanjur dibangun disana.
"Kami tentu akan kembali karena pekerjaan kami disana. Kami sangat berharap mudah-mudahan bisa segera dipulihkan dan jaminan keamanan ada di sana," tambah dia.
Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Letkol Sudewo menuturkan, ada 170 pengungsi , 50 diantaranya warga Makassar dan sisanya 120 orang diterbangkan ke Malang, karena kebanyakan warga Jawa Timur.
"Hari ini baru satu yang diusahakan karena traumatik. Dan diharapkan masih ada tetap disana. Saat ini ada tiga pesawat Hercules disiapkan, kalaupun nmau di tambah, TNI AU sangat siap," ujarnya.
Meski demikian, peristiwa ini bukan seperti saat Gempa Palu dengan ratusan orang beramai-ramai ke Makassar, sebab kondisinya berbeda dengan Palu pascabencana terjadi.
"Ini bukan seperti Palu, Kita berharap agar warga yang masih ada disana tetap bertahan, karena mengigat mereka masih ada pekerjaan dan melanjutkan hidup disana" tambah Sudewo.
Baca juga: TNI AU tindak pemeras pengungsi Jayawijaya
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019