Kerjasama Indonesia dan Norwegia di bidang kemanusiaan dan promosi perdamaian semakin erat dengan diadakannya dialog lintas agama dan media di Oslo, Norwegia.
Dialog tersebut melengkapi Dialog Hak Azasi Manusia (HAM) yang telah menjadi salah satu pilar hubungan bilateral kedua negara sejak 2002, kata Fungsi Pensosbud KBRI Oslo, Nina Evayanti kepada Antara London, Rabu (2/10).
Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Cecep Herawan, mengatakan Indonesia dan Norwegia sebelumnya melakukan Dialog HAM yang monumental dan sangat konstruktif bagi kedua negara.
Baca juga: Dubes: Norwegia tidak tolak minyak sawit Indonesia
Hubungan yang telah terjalin baik tersebut kemudian ditingkatkan lagi dengan kegiatan Dialog Lintas Agama dan Media ini. Isu-isu HAM dan peningkatan kultur toleransi merupakan salah satu fokus kerjasama bilateral kedua negara, ujar Cecep Herawan, yang bertindak sebagai Ketua Delegasi.
Norwegian Centre for Human Rights sebagai bagian dari University of Oslo dan didukung oleh Kementerian Luar Negeri Norwegia bertindak sebagai tuan rumah dialog diikuti delegasi yang terdiri dari wakil pemerintah, pemuka agama, intelektual dan pelaku media dari kedua negara.
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Todung Mulya Lubis mengharapkan dialog lintas agama semacam ini dapat menjamin keberlangsungan masyarakat majemuk dalam keberagamaan maupun kebangsaan, pada akhirnya diharapkan dapat dicapai perdamaian abadi.
Baca juga: Tahap selanjutnya LoI Norwegia-Indonesia dibahas Menteri LHK
Sementara itu Duta Besar untuk Isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Norwegia, Jostein Leiro, dalam pidato pembukaannya mengatakan kesempatan untuk berdialog berperan penting dalam membangun saling pengertian dan menangkal prasangka buruk satu sama lain.
Forum dialog membahas isu-isu terkini tidak hanya berkembang dan menjadi tantangan di kedua negara,tapi juga di tingkat global, seperti pengelolaan masyarakat majemuk, pencegahan berkembangnya intoleransi dan ekstremisme disertai kekerasan, kebebasan pers dan tanggung jawab media, serta penggunaan perangkat siber mencegah penyebaran paham ekstrem, radikal, dan ujaran kebencian.
Pembicara dari Indonesia antara lain Prof. Syafiq Mughni (Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban), Pendeta Gomar Gultom (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), Agus Sudibyo (Dewan Pers Indonesia), Jati Savitri (Media Group), dan Rudi Sukandar (The Habibie Centre).
Sementara, pembicara dari Norwegia antara lain Gunar Stalsett (Religions for Peace), Senaid Kobilicia (Muslim Dialogue Network), Inggrid Rosendorf Joys (Cooperation Council for Religion and Life Stance Communities), Bente Sandvig (Norwegian Humanist Association), Shoaib Sultan (Anti-Racist Centre) serta perwakilan Kementerian Keadilan dan Keamanan Publik, Dalam Negeri dan Modernisasi, serta Kebudayaan.
Selain melakukan diskusi delegasi juga melakukan kunjungan lapangan ke situs-situs keagamaan, antara lain ke Oslo Domkirke/Katedral dan Masjid Al-Noor (lokasi penyerangan teroris sayap kanan pada 10 Agustus lalu) dan berdialog dengan pemuka agama di rumah ibadah.
Pada kesempatan itu, Prof. Syafiq Mughni juga memberi kuliah umum di University of Oslo dengan tema “Membangun Perdamaian Dunia” dihadiri sekitar 50 akademisi dari University of Oslo dan masyarakat Umum.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019