"Kita ada tim tanggap bencana karhutla," kata Ketua Bidang Ilmiah dan Penelitian PDPI Dr Andika Chandra Putra melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat.
Ia tidak menyebut jumlah personel yang dikerahkan, hanya mengatakan bahwa tim tanggap bencana yang terdiri atas dokter paru-paru dari PDPI pusat dan PDPI cabang Jakarta telah dikirim ke Riau dan tim PDPI dari cabang Solo sudah dikirim ke Kalimantan.
"Sudah ada dokter paru di masing-masing cabang. Misalnya di Riau ada PDPI cabang Riau, di Kalimantan Tengah ada PDPI cabang Kalimantan. Yang pertama meng-handle (menangani) adalah masing-masing PDPI cabang tadi," katanya.
Menurut informasi yang ia dapat dari lapangan, kasus infeksi saluran napas atas atau ISPA memang cukup banyak di daerah terdampak karhutla, utamanya pada populasi yang rentan seperti bayi, anak-anak balita, warga lansia, dan perempuan hamil.
Kendati demikian, menurut dia, tidak ada peningkatan kasus ISPA signifikan di daerah-daerah tersebut.
Sepekan lalu, pengurus PDPI menyatakan telah mengirim tim kesehatan ke Jambi. Tim PDPI cabang Solo dan PDPI cabang Kalimantan Tengah juga sudah mengadakan pemeriksaan kesehatan di Kalimantan Tengah serta menyampaikan informasi mengenai bahaya asap karhutla kepada warga.
Di samping itu, PDPI mengirimkan bantuan masker ke beberapa cabang yang membutuhkan seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Baca juga:
Kasus ISPA di Riau 34.083 penderita, meningkat akibat karhutla
3.972 warga terserang ISPA di Palangka Raya
Pewarta: Katriana
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019