• Beranda
  • Berita
  • Korban kerusuhan Wamena didampingi untuk pemulihan trauma

Korban kerusuhan Wamena didampingi untuk pemulihan trauma

4 Oktober 2019 16:08 WIB
Korban kerusuhan Wamena didampingi untuk pemulihan trauma
Para korban kerusuhan di Wamena Provinsi Papua didampingi Tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial melakukan kegiatan sebagai upaya pemulihan trauma (ANTARA/HO-Kemensos)

Aktifitas rekreasional bersama anak-anak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bermain anak,

Para korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua yang berada di pengungsian, diberikan pendampingan untuk pemulihan trauma.

"Kami kirim tim untuk melayani trauma healing warga yang terdampak khususnya yang di pengungsian," kata Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat.

Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial memberikan pendampingan kepada para korban kerusuhan yang tersebar di enam titik pengungsian di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Baca juga: Rizal: Pendatang dan penduduk asli sejak lama hidup harmonis di Wamena

Sebanyak enam titik lokasi pengungsian telah mereka kunjungi secara reguler yakni di Kodim, Polres, Gereja Bethlehem, Gereja Advent, Gereja Homhom dan Masjid Baiturrahman di Wamena.

Di setiap lokasi tim melakukan pendataan dan mengajak anak-anak bermain. Kemudian untuk orang dewasa dilakukan doa bersama di masjid dan gereja-gereja.

Menurutnya, hasil asesmen Tim LDP menunjukkan pada umumnya pada aspek kognitif para pengungsi menunjukkan perilaku kebingungan, tidak tahu harus melakukan apa, khawatir akan tidak jelas bagaimana masa depannya.

Sementara pada aspek emotifnya mereka merasa takut, cemas, khawatir, tegang, sering terkejut apabila mendengar suara keras, selalu waspada, curiga, sedih, tidak tenang saat tidur malam.

Sementara itu, Koordinator Tim LDP Milly Mildawati mengatakan untuk penanganan pascakonflik Wamena, pihaknya telah menyusun rencana intervensi yakni membuat jadwal kegiatan bersama anak-anak dan perempuan dewasa, serta pria dewasa di titik-titik pengungsian setiap pagi dan sore hari.

Prioritas kegiatan untuk anak-anak adalah bermain yang bertujuan rekreasional, sementara untuk penyintas perempuan dewasa dan pria dewasa adalah stress release untuk mengurangi tension mereka akibat mengalami kejadian traumatis.

Baca juga: Penjabat Wali Kota Makassar sambut 55 pengungsi dari Wamena

"Aktifitas rekreasional bersama anak-anak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bermain anak. Sedangkan untuk penyintas perempuan dan pria dewasa kegiatannya meliputi percakapan sosial yang bertujuan memberikan ruang komunikasi (katarsis mental), mendengarkan (menampung) keluhan dan harapan para penyintas," terang Milly.

Tim LDP juga mengajak penyintas melakukan relaksasi imajinatif. Tujuannya membuat mereka merasa tenang dengan mengajak berhenti sejenak (istirahat) dari pikiran dan perasaan negatif.

Berikutnya adalah relaksasi otot progresif yang bertujuan melemaskan otot yang tegang agar menjadi rileks dan membantu mempermudah untuk tidur.

Seperti diketahui pada Senin (23/9) telah terjadi kerusuhan sosial di Wamena. Hal ini dipicu kabar hoaks dugaan tindakan berbau rasis yang dilakukan oleh oknum guru ke muridnya.

Akibat kerusuhan tersebut, menyebabkan jatuhnya korban meninggal dunia, perusakan serta pembakaran kendaraan bermotor dan bangunan milik pemerintah maupun warga sipil. Hal ini menyebabkan warga mengungsi di beberapa titik.

Peristiwa ini menyebabkan 32 jiwa meninggal dunia, 9.240 jiwa mengungsi, 77 jiwa mengalami luka-luka, 224 mobil terbakar, 150 motor terbakar, 165 rumah rusak karena terbakar, 20 unit perkantoran rusak, 465 unit tempat usaha warga rusak. Sementara itu jumlah pengungsi hingga 1 Oktober sebanyak 6.112 orang.

Kementerian Sosial mengirimkan bantuan untuk Kabupaten Jayawijaya berupa pemenuhan kebutuhan dasar berupa bantuan logistik bagi kelompok rentan serta pemulihan usaha ekonomi warga.

Baca juga: Pemerintah jamin keamanan warga di Wamena

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019