• Beranda
  • Berita
  • Ancol jadi kawasan restorasi kerang hijau pertama di Indonesia

Ancol jadi kawasan restorasi kerang hijau pertama di Indonesia

6 Oktober 2019 14:32 WIB
Ancol jadi kawasan restorasi kerang hijau pertama di Indonesia
Penyelam dari Sea World Ancol menerima kawat ram berisi kulit Kerang Hijau dari relawan untuk ditaruh di dasar laut sebagai media tumbuh kerang hijau di laut kawasan Ancol, Minggu (6/10/2019). ANTARA/Laily Rahmawaty.
Taman Impian Jaya Ancol menjadi yang pertama di Indonesia sebagai kawasan restorasi kerang hijau (perna viridis) dengan tujuan untuk memulihkan ekosistem perairan Teluk Jakarta.

"Restorasi kerang hijau belum banyak yang tau, selama ini yang banyak dikenal itu restorasi coral atau terumbu karang," kata Manajer Koservasi Ancol, Yus Anggorol Saputra saat ditemui dalam kegiatan Restorasi Kerang Hijau di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Minggu.

Di dunia, kegiatan restorasi kerang hijau pernah dilakukan di Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. Kini di Indonesia ikut menggalakkannya di Taman Impian Jaya Ancol.

Restorasi kerang hijau di laut Ancol, kata dia, menjadi program jangka panjang PT Pembangunan Jaya Ancol dimulai sejak 2018 dengan tujuan memulihkan ekosistem perairan Teluk Jakarta dan mengembalikan kualitas airnya.

Kerang hijau merupakan filter feeder atau filter alami dari perairan laut yang dapat memperbaiki kualitas air.

"Hasil percobaan kami lakukan satu kilogram kerang hijau mampu memfiltrasi 10 liter air laut dalam hitungan satu jam," kata Yus.

Baca juga: Jernihkan Teluk Jakarta 3 ton kulit Kerang hijau ditebar di Ancol
Baca juga: Nelayan kerang di Teluk Jakarta keluhkan limbah


Program awal Ancol ingin menjernihkan 110 juta liter air yang berada di bagian tengah pantai Ancol atau di sebut Danau Ancol.

"Untuk menjernihkan 110 juta liter air ini diperlukan sekitar 458 ton kerang hijau," kata Yus.

Berdasarkan hasil penelitian LIPI pada 2018. 
perairan Teluk Jakarta menghadapi tantangan pencemaran yang berat.

Setiap hari sebanyak 21 ton sampah mengalir dari 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta serta membawa buangan limbah cair dari pemukiman, perkotaan maupun industri.

Sementara hasil penelitian pakar kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa tahun lalu menunjukkan, air laut di Teluk Jakarta mengandung silikat sebesar 52.156 ton, fosfat 6.741 ton dan nitrogen 21.260 ton.

Kembalinya populasi kerang hijau di wilayah pesisir akan berdampak positif pada meningkatnya kualitas air dan biodiversitas serta jumlah biota yang ada di laut kawasan Ancol.

Upaya restorasi ini juga tidak mudah karena tantangan yang dihadapi adalah ketersediaan kerang hijau dalam kondisi hidup sulit didapat.

Kerang hijau tersedia di pasaran dalam kondisi mati dan siap untuk diolah sebagai bahan makanan.

"Maka itu untuk merestorasinya kita gunakan metode penyediaan media tumbuh dan berkembang larva-larva kerang hijau di Teluk Jakarta," kata Yus.

Media tumbuh tersebut diperlukan karena sedimentasi di perairan Teluk Jakarta yang cukup tinggi, lumpur membuat kerang hijau sulit berkembang biak.

Media tanam menggunakan kawat ram yang diisi dengan 20-30 kilogram (kg) kulit kerang hijau yang ditanam di dasar laut kedalaman sekitar dua sampai tiga meter. Perairan dangkal memudahkan tumbuh kembang kerang hijau di perairan.

Manajer Komunikasi Korporat PT Pembangunan Jaya Ancol, Rika Lestari menambahkan, sebanyak 96 kg kerang hijau hasil restorasi yang dilakukan tahun 2018 telah mampu menyaring 960 liter air laut secara alami dan menurunkan nitrogen sebanyak 21 mg per jam.

Targetnya tahun ini mendapatkan
pertumbuhan 1.000 kg kerang hijau sehingga akan ada 10 liter air yang difilterisasi setiap jam secara alami, tanpa bantuan teknologi maupun manusia.

"Dengan keterlibatan Forum CSR DKI
Jakarta, Rumah Millennials dan banyak pihak, kami berharap dapat melampaui target tersebut," kata Rika.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019