Komandan Relawan Baznas Tanggap Bencana/BTB Mimika Agung Arie Perdana yang dihubungi Antara dari Timika, Minggu, mengatakan pada Sabtu (5/10), Baznas Mimika mengirim lagi 2,3 ton bantuan sosial ke Wamena menggunakan penerbangan pesawat Hercules TNI AU.
Bantuan yang dikirim itu berupa beras (77 karung), mie instan, minyak goreng, susu, perlengkapan sekolah, perlengkapan mandi, pakaian (seberat 1 ton), kopi, gula, teh, makanan ringan, pembalut, pempers bayi, bawang merah dan bawang putih, ikan kaleng dan lainnya.
Sebelumnya, Baznas Mimika telah mengirimkan bantuan beras ke Wamena sebanyak 2 ton pada awal pekan lalu.
"Bantuan yang dikirimkan oleh masyarakat Mimika melalui Baznas telah kami salurkan kepada para pengungsi di Wamena yang memang sangat membutuhkan dukungan dan perhatian semua pihak," kata Agung.
Agung sendiri sudah lebih satu minggu berada di Wamena untuk membantu para pengungsi yang mengalami trauma akibat kehilangan tempat tinggal maupun kehilangan anggota keluarga mereka yang dibunuh para perusuh pada kerusuhan Senin (23/9).
Menurut dia, sejak Sabtu (5/10) sejumlah toko, kios dan pusat perekonomian di Kota Wamena mulai dibuka kembali.
"Sekarang jumlah pengungsi di posko pengungsian semakin berkurang. Kami para relawan dari berbagai daerah yang datang ke Wamena terus memberikan mereka penguatan moral agar tabah dan sabar menghadapi musibah ini. Sekarang pengungsi yang bekerja sebagai tukang ojek dan buruh bangunan sudah mulai pergi kerja kalau siang hari. Informasi yang saya terima dari Lanud Wamena, pengungsian keluar Wamena dihentikan," ujarnya.
Dalam beberapa hari belakangan, katanya, mulai berdatangan para relawan ke Wamena untuk membantu memulihkan kondisi psikologis para pengungsi.
Para relawan itu sebagian besar datang dari Jakarta tergabung dalam Forum Zakat yang merupakan gabungan kelompok relawan di kalangan komunitas Islam seperti Sinergi, PKPU, Rumah Zakat, Nurul Hayat dan lainnya.
Kelompok relawan tersebut sudah menawarkan kepada Pemkab Jayawijaya untuk segera membangun semacam hunian sementara (huntara) bagi para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat dibakar massa perusuh pada 23 September lalu.
Baca juga: 50 perantau NTB di Papua dipulangkan ke Bima
"Program-program itu sudah ditawarkan, tapi belum ada respon atau lampu hijau dari Pemkab setempat. Kalau di lokasi yang paling terdampak seperti di daerah Homhom, Olala sampai ke Pike belum ada pengungsi yang kembali ke sana karena rumah, tempat usaha dan harta benda mereka sudah habis dibakar. Kondisi mereka benar-benar sangat memprihatinkan," tutur Agung.
Agung mengatakan yang paling dibutuhkan oleh warga pengungsi di Wamena saat ini yaitu jaminan keamanan dan kepastian dari pemerintah daerah termasuk aparat TNI dan Polri terhadap masa depan para pengungsi tersebut.
Selain itu, para pengungsi juga membutuhkan dukungan modal untuk membangun kembali rumah dan tempat usaha mereka.
"Selama satu minggu saya berada di Wamena, saya belum pernah melihat Bapak Bupati dan DPRD Kabupaten Jayawijaya datang ke posko pengungsian maupun datang ke pinggir Bandara Wamena untuk menemui kerumunan pengungsi yang sangat banyak," kata Agung.
Saat ini, katanya, persediaan bahan kebutuhan pokok di posko pengungsian di Wamena cukup memadai untuk kebutuhan selama satu pekan ke depan.
"Untuk stok makanan masih cukup banyak untuk satu minggu ke depan. Selanjutnya, itu menjadi perhatian dari pemerintah," kata
Agung.Baca juga: Pertamina kembali salurkan bantuan peduli Wamena
Baca juga: MQR Team Lantamal VI tangani pengungsi wamena
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019