Dengan data yang melemah ini the Fed akan cenderung melakukan kebijakan moneter yang lebih ekspansif
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ini diperkirakan bergerak melemah.
"Pagi ini mata uang kuat Asia dolar Hong Kong dan dolar Singapura dibuka melemah terhadap US dolar yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin.
Dari AS, data ekonomi Negeri Paman Sam yang diumumkan pada akhir pekan lalu melemah. Neraca perdagangan Agustus 2019 tercatat defisit yang melebar sebesar 54,9 miliar dolar AS dari 54 miliar dolar AS pada Agustus, dan lebih besar dibandingkan ekspektasi konsensus.
Baca juga: Rupiah lanjut menguat, dekati Rp14.100 di tengah ekonomi AS melambat
Dari pasar tenaga kerja, angka ketenagakerjaan non pertanian (nonfarm payroll) naik tetapi di bawah ekspektasi konsensus.
Merespon data yang melambat tersebut, ekspektasi bank sentral AS The Fed menurunkan suku bunganya pada pertemuan 29-30 Oktober 2019 mendatang semakin besar.
"Dengan data yang melemah ini the Fed akan cenderung melakukan kebijakan moneter yang lebih ekspansif," ujar Lana.
Pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) September lalu, The Fed menurunkan suku bunga untuk kedua kalinya di tahun ini.
Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.130 per dolar AS hingga Rp14.170 per dolar AS.
Pada pukul 10.47, rupiah melemah 18 poin atau 0,13 persen menjadi Rp14.156 per dolar AS dibandingkan sebelumnya Rp14.138 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.156 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.135 per dolar AS.
Baca juga: BI catat kurs rupiah stabil ditopang modal masuk Rp192 triliun
Baca juga: Rupiah menguat menyusul spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019