"Api masih sulit dikendalikan, karena angin cukup kencang dan berubah-ubah," kata Agus di Majalengka, Senin.
Menurutnya, angin yang berhembus cukup kencang membuat upaya pemadaman terkendala. Meskipun sudah dibuat sekat bakar, namun bisa dilewati karena tiupan angin.
Selain itu, dengan kencangnya angin juga membuat personel yang melakukan pemadaman terganggu dan sulit bernafas.
"Angin cukup kencang dan berubah-ubah arahnya, sehingga dapat melewati sekat bakar. Kemudian asap cukup tebal mengganggu upaya pemadaman dan pembuatan sekat bakar, menyulitkan pernapasan personel di lapangan," tuturnya.
Baca juga: Sudah empat hari kawasan Gunung Ciremai terbakar
Baca juga: Kebakaran puncak Gunung Ciremai sudah padam
Tidak hanya angin yang menjadi kendala pemadaman kebakaran kali ini, medan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan api semakin tidak bisa dikendalikan.
Selain itu lanjut Agus, bahan bakar atau lahan yang terbakar berupa semak-semak, ilalang dan daun kering, sehingga memicu kobaran api cukup besar dan pergerakan api sulit dikendalikan.
"Lokasi berada pada daerah yang susah dijangkau dan menyebar di beberapa titik, sehingga memerlukan waktu yang tidak sebentar," katanya.
Kebakaran sendiri terjadi sejak hari Jumat (4/10) lalu dan sampai saat ini belum bisa dikendalikan. Kawasan yang terbakar yaitu hutan pinus di ketinggian 800-1.200 Mdpl.*
Baca juga: Puncak Gunung Ciremai kembali terbakar
Baca juga: Kebakaran puncak Gunung Ciremai hanguskan 343 hektare lebih
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019