"Iran akan selalu mendukung negara Irak dan juga pemerintah Irak. Kami menyeru mereka agar menjaga persatuan serta menahan diri," kata juru bicara pemerintah Ali Rabiei saat jumpa pers.
Kerusuhan itu menjadi tantangan politik dan keamanan terbesar bagi pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdia sejak pelantikannya tahun lalu.
Bentrokan antara aparat kepolisian dan massa anti-pemerintah membangkitkan kembali kekhawatiran serentetan kekerasan baru, yang dapat menjadi magnet bagi kelompok gerilyawan berpengaruh dan dieksploitasi oleh ISIS.
Baca juga: 1.375 warga Irak tewas dalam aksi teror pada Januari
Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), organisasi payung Irak yang sebagian besar terdiri atas paramiliter Muslim Syiah dukungan Iran - memilik peran penting dalam mengalahkan ISIS dan secara resmi menjadi bagian pasukan bersenjata tahun lalu, melaporkan kepada perdana menteri.
Sejumlah pejabat Iran menuding Amerika Serikat dan Israel memicu kerusuhan di Irak. Seorang ulama menyebutkan pada Jumat bahwa kerusuhan
direncanakan oleh musuh lama Teheran untuk mengacaukan acara tahunan Muslim Syiah yang bakal digelar Oktober ini.
Rabiei juga mengatakan Iran akan terus melanjutkan upaya meredakan tensi di Teluk dengan meningkatkan hubungan dengan tetangganya di Teluk Arab.
Sumber: Reuters
Baca juga: 48 orang tewas, 119 cedera dalam kerusuhan di Irak
Baca juga: Turki sediakan bantuan kemanusiaan untuk Irak
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019