"Aksi kemanusiaan tersebut dilatarbelakangi kondisi krisis air bersih di daerah itu untuk kebutuhan mandi, minum, mencuci, memasak, penampungan air hujan, dan lain sebagainya," kata Public Engagement Manager WVI Beatrice M dalam acara Kopi Untuk Asmat di Jakarta, Selasa.
"Kegiatan ini juga dalam rangka memperingati hari kopi internasional yang jatuh setiap 1 Oktober," ia menambahkan.
Dalam setiap penjualan secangkir kopi di Three Folks, Say Something, Tuang Coffee, Di bawah Tangga, Meso Coffee, No. 27, Kitchen by Dough Darlings, 8th Brew, Kopi Toko Djawa, Hungry Bird, Foresthree, dan Filosofi Kopi akan disisihkan sumbangan Rp1.000 bagi anak-anak Asmat.
Sumbangan yang terkumpul akan digunakan untuk membangun 300 penampung air hujan di Desa Damen, Warse, Birak, dan Akamar. Pembangunan satu unit penampung air hujan membutuhkan biaya Rp9 hingga Rp10 juta. Penampung air hujan itu akan bisa dimanfaatkan oleh 1.200 keluarga.
Beatrice menjelaskan, WVI sudah membantu penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk pada awal 2018 di Kabupaten Asmat dan melanjutkan misi dengan program Asmat Sehat sejak Mei 2018 hingga 31 Januari 2019 bekerja sama dengan Keuskupan Agats.
Program tersebut, kata dia, tidak hanya meliputi pembangunan penampung air hujan tetapi juga mencakup pelayanan kesehatan dan sektor pendidikan.
Pemilik Foresthree Deva Mahenra mendukung kampanye penggalangan dana untuk anak-anak Asmat.
"Sebagai orang Papua, saya tidak ada alasan untuk menolak aksi sosial ini," ujar dia.
Aktor yang pernah menjadi duta wisata Indonesia untuk Papua itu menyebut donasi melalui secangkir kopi hanya bagian kecil dari upaya untuk membantu masyarakat di Kabupaten Asmat yang saat ini menghadapi krisis air bersih.
Dia berharap gerakan itu diikuti oleh lebih banyak pihak karena masih banyak anak dana warga Papua yang membutuhkan bantuan.
Baca juga:
Presiden minta Bupati Asmat perhatikan gizi anak
Menteri Yohana: Tak ada kabupaten layak anak di Papua
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019