"Kita melakukan pemodelan. Sekarang sampah yang ada di satu lokasi kita gambarkan sumbernya dari mana saja. Ketika sumber diketahui orang bisa tahu siapa penyebabnya. Nanti pemda bisa bertanggung jawab," kata Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut KLHK Dida Migfar Ridha dalam diskusi mengenai sampah plastik laut di sela SDGs Annual Conference 2019 di Jakarta Pusat, Selasa.
Upaya itu, menurut dia, dilakukan untuk mengetahui secara pasti pihak yang berkontribusi terhadap pencemaran sampah plastik di laut.
Ia mengatakan sampah-sampah plastik yang ada di laut Indonesia kemungkinan berasal dari negara lain.Dia mengambil contoh, sampah yang ada di perairan Gorontalo yang jika dilihat dari nama produknya bukan berasal dari Indonesia.
Dengan penelusuran, sumber dari sampah-sampah plastik yang masuk ke perairan Indonesia akan bisa diketahui.
Menurut Dida, penelusuran sumber sampah yang masuk ke laut Indonesia akan dimulai tahun depan dengan menggunakan pemodelan yang dibuat bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Penting untuk mencari asal-usul sampah itu, supaya tidak ada perselisihan. Karena kalau pemodelan sudah menunjukkan seperti itu, mereka tidak bisa mengelak," katanya.
Masalah sampah plastik di laut menjadi salah satu fokus bahadan dalam SDGs Annual Conference 2019, yang mengangkat tema dari Tujuan Bersama Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) nomor 14 tentang ekosistem laut.
Data KLHK menunjukkan jumlah timbulan sampah di Indonesia secara nasional 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun yang meliputi 50 persen sampah organik (sisa makanan dan sisa tumbuhan), 15 persen plastik, 10 persen kertas, dan sisanya terdiri atas logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain.
Dari total timbulan sampah plastik, yang didaur ulang diperkirakan baru 10 sampai 15 persen. Sebanyak 60 sampai 70 persen ditimbun di tempat pembuangan akhir dan 15 sampai 30 persen belum terkelola dan terbuang ke lingkungan, terutama ke lingkungan perairan seperti sungai, danau, pantai, dan laut.
Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Yeti Darmayati mengatakan bahwa LIPI memonitor sampah laut melalui 18 stasiun yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut hasil pemantauan stasiun LIPI, ia mengatakan, sekitar 50 persen sampah laut adalah sampah plastik yang banyaknya antara 300 ribu sampai 600 ribu ton per tahun.
Baca juga:
Pemerintah ajukan skema pungutan baru sampah di laut
Menteri Susi ancam "tenggelamkan" pembuang sampah plastik ke laut
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019