"Sejak ditetapkan 9 September 2019 lalu, jumlah pelanggar semakin menurun. Paling rendah rata-rata hampir sama. Tapi yang paling rendah itu di Jakarta Selatan, cukup rendah jumlahnya," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut, Syafrin juga menyebut kebijakan tersebut berhasil jika dilihat dari tingkat kecepatan rata-rata kendaraan, terutama di kawasan ganjil genap.
"Kecepatan kendaraan bertambah dari 25km/jam menjadi 28,5km/jam. Kemudian volume lalu lintas penurunannya 29,58 persen, hampir 30 persen. Untuk kualitas udara, untuk PM 2,5 terjadi penurunan yang siginifikan untuk yang di Kelapa Gading rata-rata 22 persen," katanya.
Selain itu, tambah Syafrin, Jumlah pengguna transportasi umum Transjakata juga meningkat hingga 12 persen.
"Dengan bertambahnya jumlah pengguna transportasi umum, rencananya dalam waktu dekat PT. Transportasi Jakarta akan menambah 59 armada baru dan beberapa angkutan yang terintegrasi," katanya.
Namun demikian, Syafrin belum bisa menjelaskan secara rinci jumlah pelanggar dalam kebijakan perluasan ganjil genap karena masih didata oleh Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah memperluas kebijakan ganjil genap menjadi 25 ruas jalan sejak 9 September 2019. Kebijakan ini selain untuk memperbaiki kualitas udara sekaligus mengurangi angka kemacetan di sejumlah ruas jalan Jakarta.
Baca juga: Kebijakan ganjil-genap berkontribusi pada kenaikan penumpang MRT
Baca juga: Penumpang TransJakarta di Halte Pramuka bertambah sejak ganjil genap
Baca juga: KPBB: penerapan konsisten sistem ganjil-genap akan kurangi polusi
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019