"Meski pun BMKG menyebutkan tidak berpotensi terjadi gelombang pasang atau tsunami tetapi kami tidak mau mengambil risiko sehingga terpaksa mencari tempat yang lebih tinggi untuk berlindung," kata Ny. Coni, salah satu warga di Ambon, Kamis.
Guncangan hebat ini membuat masyarakat yang sementara mengurus KTP atau Kartu Keluarga di Kantor Disdukcapil Kota Ambon lari berhamburan ke halaman terbuka.
Kondisi serupa juga dilakukan para jaksa dan pegawai Kejaksaan Negeri Ambon yang lari berhamburan meninggalkan ruangan mereka karena khawatir ada tembok yang roboh.
Ratusan siswa-siswi SMP Negeri 6 Ambon di kawasan tanah tinggi langsung berjalan kaki menuju kawasan Belakang Soya bersama sejumlah guru mereka sambil menelpon keluarganya untuk memberitahukan lokasi mereka berlindung.
Seorang karyawati Indomaret di Jalan Tulukabessy terlihat gemetar dan akhirnya pingsan setelah terjadi gempa beruntun yang susul-menyusul hanya dalam hitungan detik dan menit.
Kemacetan hebat terlihat pada berbagai titik di pusat Kota Ambon akibat warga yang menggunakan kendaraan roda dua dan empat berusaha menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi atau pun ingin mencari anak-anak mereka yang sementara berada di sekolah.
BMKG Ambon merilis gempa bumi tektonik pertama terjadi pada pukul 11:39:44 WIB pada kedalaman 10 Km dan dirasakan V MMI di Kota Ambon namun tidak berpotensi tsunami.
Baca juga: Gempa bermagnitudo 5,2 terjadi di Pulau Ambon
Tiga detik kemudian, terjadi gempa susulan bermagnitudo 4,6, menyusul gempa dengan magnitudo 3,6.
Gempa beruntun berikutnya dengan magnitudo 3,8 pada kedalaman 10 Km ini terjadi pukul 12:27:18 WIT dan pusatnya di daratan sekitar 18 Km arah timur laut Ambon dan dirasakan warga III MMI.
Baca juga: Warga Ambon kembali panik akibat gempa
Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019