• Beranda
  • Berita
  • Riset: pemanfaatan objek budaya untuk ekonomi masih rendah

Riset: pemanfaatan objek budaya untuk ekonomi masih rendah

10 Oktober 2019 17:22 WIB
Riset: pemanfaatan objek budaya untuk ekonomi masih rendah
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid (Indriani)

Indeks Pembangunan Kebudayaan adalah cerminan dari kebudayaan kita, indeks ini menjadi alat ukur untuk pencapaian-pencapaian kita di bidang pembangunan kebudayaan Indonesia.

Riset Indeks Pembangunan Kebudayaan menunjukkan pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan untuk ekonomi masih rendah, yaitu dengan nilai 30,55.

"Hal itu diukur dari jumlah penduduk yang memiliki sumber penghasilan sebagai pelaku atau pendukung seni pertunjukan," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid saat peluncuran Indeks Pembangunan Kebudayaan di Jakarta, Kamis.

Dalam mengukur indeks tersebut ada tujuh dimensi yang diukur, yaitu ekonomi budaya, pendidikan, ketahanan sosial budaya, warisan budaya, ekspresi budaya, budaya literasi dan gender.

Ketujuh dimensi tersebut merujuk pada pengukuran kebudayaan yang terdapat pada Cultural Development Indicators (CDIs) yang digagas oleh UNESCO dengan melakukan adaptasi sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

Dari ketujuh dimensi tersebut memang dimensi ekonomi budaya menempati angka terendah, sementara angka tertinggi berada di dimensi ketahanan sosial dengan nilai 72,84 dan dimensi pendidikan dengan nilai 69,67.

Tingginya nilai dimensi ketahanan sosial budaya, kata Dirjen, menunjukkan cukup baiknya kemampuan suatu kebudayaan dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas, pengetahuan serta praktik budayanya yang relevan didukung oleh kondisi sosial dalam masyarakat.

Nilai rata-rata Indeks Pembangunan Kebudayaan secara nasional berada pada angka 53,74. Menurut Hilmar hal itu menunjukkan pembangunan kebudayaan di Indonesia masih membutuhkan usaha dan kerja keras dari seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, guna mencapai hasil optimal.

Baca juga: Indonesia kini miliki Indeks Pembangunan Kebudayaan
Baca juga: UNESCO apresiasi kebijakan kebudayaan Indonesia
Baca juga: Kepala Bappenas tegaskan kebudayaan sepenting pembangunan ekonomi


Secara rata-rata dari 34 provinsi yang ada di seluruh Indonesia, katanya, hanya ada 13 provinsi yang menghasilkan nilai Indeks Pembangunan Kebudayaan di atas angka nasional, yakni DI Yogyakarta (73,79), Bali (65,39) dan Jawa Tengah (60,05).

Sedangkan tiga provinsi dengan capaian terendah adalah Papua (46,25), Sulawesi Barat (46,9) dan Maluku Utara (47,02).

Angka-angka tersebut, menurut dia,  menunjukkan adanya kesenjangan pembangunan kebudayaan antara wilayah Indonesia bagian barat dan wilayah Indonesia bagian timur.

"Indeks Pembangunan Kebudayaan adalah cerminan dari kebudayaan kita, indeks ini menjadi alat ukur untuk pencapaian-pencapaian kita di bidang pembangunan kebudayaan Indonesia, Arah dan strategi pembangunan nasional yang tepat, berdasarkan instrumen tersebut, justru akan membuat Indonesia lebih bahagia." kata dia.

Ia menjelaskan bahwa Indeks Pembangunan Kebudayaan ini merupakan instrumen yang disusun bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas) dan juga Badan Pusat Statistik.
 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019