Pejabat diplomatik Kedutaan Besar Fiji untuk Indonesia, Isaac Grace, menyebut bahwa Fiji dan Indonesia mempunyai kepentingan yang sama dalam memerangi perubahan iklim termasuk pemanasan global.
“Kita sebagai negara kepulauan mempunyai kepentingan serupa untuk melindungi masyarakat dan sumber daya alam,” kata Isaac di sela perayaan Hari Kemerdekaan ke-49 Fiji di Jakarta, Kamis.
Fiji adalah sebuah negara kecil berbentuk kepulauan di kawasan Pasifik yang terdiri dari 330 pulau, sementara Indonesia mempunyai sekitar 17 ribu pulau. Keduanya rentan terhadap pemanasan global, mengingat posisi daratan yang dikelilingi langsung oleh perairan laut.
Jika perubahan iklim yang drastis berupa pemanasan global terjadi, menurut Isaac, maka hal itu juga akan menjadi isu keamanan selain masalah soal ketersediaan bahan makanan dan air.
Ia menambahkan bahwa keberlangsungan hidup manusia juga terancam dengan semakin meningkatnya isu iklim saat ini.
“Itulah mengapa saat ini penting sekali untuk menyadari dampak serta ancaman dari perubahan iklim,” ujar Isaac.
Baik Fiji maupun Indonesia sudah menandatangani Persetujuan Paris dalam Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (UNFCCC: United Nations Framework Convention on Climate Change) pada 22 April 2016.
Dalam persetujuan mengenai pengurangan emisi karbon gas rumah kaca tersebut, Fiji meratifikasi emisi gas rumah kaca dengan persentase sebesar 0,01 persen sementara Indonesia 1,49 persen.
Baca juga: Polisi tangkap 300 pengunjuk rasa perubahan iklim di London
Baca juga: Pegiat iklim Greta Thunberg menangkan 'Penghargaan Nobel alternatif'
Baca juga: Puluhan ribu pelajar Selandia Baru gelar aksi protes perubahan iklim
Pewarta: Suwanti
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019