"Memang medannya sangat berat sehingga ini menjadi tantangan bagi PLN kalau ingin memenuhi target 100 persen elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat tahun 2020," kata Farah Aida Ilmiatul Kulsum,ahasiswa Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam testimoninya sebagai salah satu tim EPT di Jakarta, Jumat.
Farah yang ikut dalam tim "Ekspedisi Papua Terang 2018" bersama dua rekan mahasiswa lainnya beserta tim PLN mendapat wilayah survei di pedalaman Mimika, Timika.
Beratnya medan jelajah di Papua dialami Farah dan rekan-rekannya. Untuk menuju lokasi harus menempuh perjalanan laut dengan kapal kecil selama 9 jam, menembus ombak besar yang sewaktu-waktu bisa membalikkan kapal.
Survei yang dilakukan Farah meliputi penghitungan jumlah penduduk yang harus dilayani, pengukuran luas lahan dan bidang tanah sebagai lokasi penempatan instalasi listrik serta kondisi medan jelajah.
Baca juga: PLN kerja sama perguruan tinggi tingkatkan elektrifikasi Papua
Baca juga: PLN Papua siapkan PLTMG Merauke, kurangi kemungkinan pemadaman listrik
Kendala lain yang rawan adalah sensitivitas suhu politik setempat. Bahkan Farah merasakan atmosfer tersebut saat bertugas sebulan di sana.
"Permasalahan mikro dalam hal pasokan listrik yang belum bisa memenuhi kebutuhan lapangan, bisa menyeret menjadi masalah serius dalam rasa keadilan berbangsa," ujar dia.
Menurut Farah, perlu kearifan lokal dalam pendekatan kepada masyarakat untuk menjelaskan bahwa PLN tidak mungkin serempak melistriki semua daerah.
Pembuka Peta
Sedangkan Executive Vice President Operasi Regional Maluku Papua (OR-MP) Indradi Setiawan mengatakan, hasil survei tim EPT menjadi pembuka peta tentang berapa kapasitas listrik yang diperlukan untuk Papua serta program dan jenis pembangkit apa yang cocok untuk masing-masing lokasi.
"Dari sana pula kami bisa menghitung keperluan SDM yang akan mengelola serta bagaimana menyiapkan pembangunan dan materialnya," ujar Indrahadi.
Wilayah kerja PLN di Papua dan Papua Barat seluas 546.633 kilometer persegi (km2) mencakup 3.749 pulau. Dari ribuan pulau itu hanya 140 pulau yang berpenghuni dan PLN sudah melistriki 128 di antaranya dengan pembangunan transmisi sepanjang 218 km yang dilayani gardu.
Memang secara umum, kata dia, kondisinya perlu ditingkatkan. Masalahnya pertumbuhan masing-masing distrik itu tidak sama.
"Kami harus berhitung cermat. Kalau over investasi juga bahaya, apalagi semua daerah itu masuk wilayah subsidi,” kata Indradi.
Seperti dipaparkan dalam pln.co.id, rencana pembangunan pembangkit listrik menuju rasio elektrifikasi 100 persen di provinsi Papua dan Papua Barat diperkirakan akan menelan investasi lebih kurang Rp1,9 triliun.
Namun dalam masalah ini, lanjut Indradi, untuk wilayah timur Indonesia PLN memang tidak berorientasi pada keuntungan bisnis semata, ada misi sosial di dalamnya.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019