"Kami sudah melihat langsung tujuh ekor paus yang mati tersebut, dan sepertinya ada kesalahan saat memindahkan hewan-hewan itu ke tengah laut, sehingga mati," kata Kepala BKKPN Kupang Ikram Sangadji kepada Antara di Kupang, Sabtu (12/10).
Sebelumnya diberitakan pada Kamis (10/10) lalu sebanyak 17 ekor paus jenis pilot terdampar di pantai Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Pulau Sabu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Nelayan gelar ritual adat penguburan enam paus pilot
Dari 17 ekor paus pilot itu, 10 ekor diantaranya berhasil diselamatkan oleh warga sekitar untuk dilepasliarkan kembali, sementara tujuh ekor lainnya mati.
Menurut Ikram saat kejadian terdamparnya belasan ikan paus itu, sudah ada permintaan dari warga atau aparat terkait untuk meminta bantuan petugas BKKPN yang berlokasi di Kupang untuk memandu bagaimana cara menyelamatkan belasan ekor paus itu.
"Kami sudah arahkan bagaimana membantu ikan-ikan itu kembali ke tengah laut, namun banyaknya masyarakat yang ingin membantu menyelamatkan, sehingga kami juga kesulitan menuntut, apalagi caranya menggunakan handphone," tutur dia.
Ia mengatakan bahwa dari hasil pengamatan di lapangan tujuh ekor paus yang mati itu mengalami banyak sekali luka di bagian badan dan perutnya.
Selain itu saat penyelamatan, warga memegang sirip, ekor dan badan paus tersebut, sehingga mengakibatkan ikan semakin stres.
"Seharusnya untuk menyelamatkan ikan-ikan itu, cara mengangkatnya harus menggunakan terpal berisi sedikit air, dan ramai-ramai memindahkan ke tengah laut sehingga tak ada kontak fisik dengan ikan itu," tambah dia.
Namun pihaknya memuji warga sekitar karena sadar untuk kembali menyelamatkan ikan-ikan itu, walaupun ada satu ekor yang dipotong-potong oleh warga yang diduga bukan dari daerah di tersebut.
"Saya memberikan apresiasi karena warga di desa itu beramai-ramai menyelamatkan ikan-ikan itu. Ini artinya bahwa kesadaran masyarakat mulai tinggi," tutur dia.
Baca juga: Satu ekor paus terdampar dipotong warga
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019