• Beranda
  • Berita
  • Industri kerajinan wayang kulit Dusun Gendeng terkendala regenerasi

Industri kerajinan wayang kulit Dusun Gendeng terkendala regenerasi

13 Oktober 2019 10:06 WIB
Industri kerajinan wayang kulit Dusun Gendeng terkendala regenerasi
Perajin memahat kulit kerbau untuk dijadikan wayang kulit di Dusun Gendeng, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. (FOTO ANTARA/Ibrahim Hasan)

Di sini (Dusun Gendeng) regenerasinya hampir tidak ada, kami berharap kepada pemerintah memberi perhatian serta bimbingan karena keterbatasan dan kapasitas kami yang kurang, jangan sampai perajin wayang Gendeng punah

Industri kerajinan wayang kulit di Dusun Gendeng, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala regenerasi untuk mempertahankan industri kreatif yang sekaligus aset budaya itu.

"Di sini (Dusun Gendeng) regenerasinya hampir tidak ada, kami berharap kepada pemerintah memberi perhatian serta bimbingan karena keterbatasan dan kapasitas kami yang kurang, jangan sampai perajin wayang Gendeng punah," kata salah seorang perajin wayang kulit Dusun Gendeng Suprihno (60) saat ditemui di rumah produksi wayangnya di Bantul, Minggu.

Menurut Suprihno, perajin tatah sungging atau wayang kulit di Dusun Gendeng mulai berkurang karena banyak yang beralih profesi dan tidak ada penerus yang melanjutkan.

Ia sendiri mengaku selalu meyakinkan anak-anaknya sebagai generasi penerus untuk turut melestarikan kerajinan wayang kulit itu. "Kepada anak muda, saya harap bisa 'nguri-uri' (melestarikan) seni adiluhung wayang kulit," kata dia.

Untuk mendorong regenerasi itu, menurut dia, pemerintah juga perlu membantu mendukung peningkatan kesejahteraan perajin dan penerus kerajinannya. Hal itu, kata dia, karena usaha pelestarian wayang tak terlepas dari memikirkan kelangsungan hidup keluarga perajin wayang.

Baca juga: Presiden Jokowi menonton wayang kulit bersama warga Purworejo

Baca juga: Remaja Perancis belajar buat wayang kulit

Sementara itu, Ketua Paguyuban Perajin Wayang Kulit Desa Gendeng Sukino mengakui regenerasi perajin tatah sungging wayang kulit itu menjadi permasalahan tersendiri dikarenakan kurangnya minat anak muda kepada wayang, juga perajin yang mulai beralih profesi.

Sukino mengakui rumah produksi wayang kulitnya yang berdiri sejak 1984, saat ini cenderung mengalami penurunan pesanan setiap bulan.

"Kalau sepi paling ya lima wayang biasanya bisa sampai dua puluh (per bulan). Satu buah wayang besar berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp3 juta," kata dia.

Baca juga: Wayang Kulit, Legong Lasem meriahkan festival Indonesia-Japan di Osaka

Baca juga: Wayang kulit kontemporer hipnotis anak Polandia
​​​​​​​

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019