"Karakternya sama dengan yang 22 September, cuma ini agak sedikit besar. Kemarin tinggi kolom 800 meter yang ini 3.000 meter," kata Hanik saat ditemui di Kantor BPPTKG, Yogyakarta, Senin malam.
Menurut Hanik, akumulasi gas vulkanik itu masih akan terus terjadi karena Gunung Merapi masih terus berproses. Hal itu sekaligus menandakan bahwa hingga saat ini aktivitas di dalam gunung itu masih hidup.
"Akumulasi gas masih terus terjadi sehingga sewaktu-waktu bisa meletus," kata Hanik.
Ia menjelaskan awan panas letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Senin, pukul 16:31 WIB terekam di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 270 detik. Dengan durasi itu, diperkirakan jarak luncuran material vulkaniknya masih kurang dari 3 kilometer (Km).
Akibat awan panas letusan itu, kata dia, hujan abu vulkanik dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dengan arah dominan ke sektor barat sejauh 25 km dari puncak pada pukul 18:05 WIB seperti Magelang dan Muntilan.
Untuk mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan maka VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) diterbitkan dengan kode warna oranye.
"Masyarakat kami himbau untuk menggunakan masker untuk antisipasi," kata dia.
Ancaman bahaya dari kejadian ini sama seperti sebelumnya, yaitu awan panas letusan yang bersumber dari material kubah lava. Meski demikian, hasil pemodelan menunjukkan bahwa jika kubah lava yang saat ini memiliki 468.000 meter kubik runtuh maka luncuran awan panas tidak melebihi radius 3 km.
"Masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," kata dia.
Pada 22 September 2019 Gunung Merapi juga mengeluarkan awan panas letusan dengan tinggi kolom 800 meter. Awan panas letusan itu memiliki amplitudo 70 mm dan durasi 125 detik dengan jarak luncuran diperkirakan sejauh 1.200 meter.
Baca juga: Gunung Merapi keluarkan awan panas letusan setinggi 3.000 meter
Baca juga: Warga Boyolali sempat panik dengar dentuman Merapi
Baca juga: Akumulasi gas, picu awan panas letusan Gunung Merapi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019