Salah seorang ojek daring, Ikhsan Kamil, Selasa, mengatakan kondisi asap saat pagi, siang dan malam hari berdampak langsung pada penglihatannya yang terasa perih serta mudah merasa haus.
"Apalagi kalau angin berhembus kencang, sudah ditutup kaca helm pun mata masih terasa perih," ujar Ikhsan.
Selain itu, ia mengaku kerap merasa sesak napas ketika sedang berkendara meski sudah menggunakan masker kain, tak jarang dirinya sengaja masuk ke minimarket atau ruang berpendingin untuk sekadar menstabilkan napas.
Baca juga: Dinkes Palembang kembali bagikan masker hindari asap Karhutla
Ia sempat diminta keluarga agar mengurangi waktu bekerja terutama malam hari, namun ia menyebut pada kondisi asap itulah pesanan mengalami kenaikan walau tidak terlalu signifikan.
"Justru waktu malam itu banyak yang pesan makanan, mungkin karena takut menghirup asap jadi orang-orang pesan makanan pakai ojek saja, bagi kami ini aji mumpung," ujar Ikhsan.
Sementara hingga Selasa malam sekitar pukul 20.40 WIB asap masih menyelimuti Kota Palembang, pada saat bersamaan laman resmi LAPAN menunjukkan adanya 776 titik api di wilayah Sumsel selama 24 jam terakhir.
Baca juga: Tips menghadapi kabut asap pekat seperti di Palembang
Sebanyak 300 titik diantaranya memiliki tingkat kepercayaan 80 persen yang banyak terdapat di Kabupaten OKI.
Akibatnya kualitas udara di Kota Palembang berstatus sangat tidak sehat menurut rilis terbaru DLHK Sumsel, yakni berada di angka 272 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Baca juga: Kabut asap ganggu penerbangan di bandara Palembang
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019