" Saya melakukan inovasi baru berupa kopi bubuk rasa durian, untuk memanfaatkan berlimpahnya biji kopi dan durian di Lampung, " ujar Sinta pelaku UMKM kopi, saat dihubungi di Bandarlampung, Rabu.
Menurut Sinta, awal mula dirinya hanya berfokus mengembangkan UMKM keripik sebagai oleh-oleh khas Lampung, namun melihat peluang besar dalam pengembangan produk kopi membuat dirinya melirik inovasi bubuk kopi olahan.
Baca juga: Geguduh, pisang goreng "teman" minum kopi khas Lampung
"Permintaan atas kopi durian sangatlah banyak, sehingga saya mencoba mengembangkan kopi rasa durian ini sebagai salah satu minuman khas Lampung, " ujarnya.
Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah penghasil kopi dan pengekspor biji kopi dengan jumlah 250.000 ton pada periode Januari hingga Oktober 2019 menjadi salah satu motivasi Sinta mengembangkan variasi kopi durian Lampung.
"Saya melakukan uji coba produk kopi durian hingga berhasil dan siap dipasarkan selama satu tahun, karena kita harus memperhatikan komposisi yang pas agar rasa durian dan kopi tetap seimbang, " katanya.
Menurut Sinta, inovasi kopi durian olahannya mampu di jual sebanyak 70 bungkus setiap satu harinya.
"Animo masyarakat terhadap produk kopi durian sangat besar, hingga kami mampu menjual 70 bungkus kopi durian ukuran 100 gram per harinya. Konsumen pun rata-rata berasal dari luar kota, karena menggunakan kopi durian sebagai buah tangan khas Lampung, " ujarnya.
Kopi durian bubuk dengan ukuran 100 gram per bungkus dibandrol seharga Rp 15.000, dan menjadi salah satu pilihan buah tangan khas Lampung favorit masyarakat, selain keripik pisang, pie pisang, dan keripik sukun, kata dia.
Kios UMKM Sinta berada di kompleks UMKM di Jalan Pagar Alam, Segalamider, Kota Bandarlampung yang merupakan lokasi tempat berjualan aneka produk olahan Lampung seperti keripik pisang, keripik ubi, keripik singkong, kopi dan lainnya.
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019