• Beranda
  • Berita
  • "Perempuan Tanah Jahanam", teror kengerian yang tak berkesudahan

"Perempuan Tanah Jahanam", teror kengerian yang tak berkesudahan

16 Oktober 2019 16:46 WIB
"Perempuan Tanah Jahanam", teror kengerian yang tak berkesudahan
Film "Perempuan Tanah Jahanam" (ANTARA News/Instagram)
Lama menjadi perbincangan, "Perempuan Tanah Jahanam" secara resmi akan dirilis Kamis (17/10) di seluruh bioskop Tanah Air. Se-seram apa film garapan Joko Anwar itu?

"Perempuan Tanah Jahanam" berkisah tentang Maya (Tara Basro) yang jatuh bangun hidup tanpa keluarga di kota. Dia hanya memiliki seorang sahabat setia bernama Dini (Marissa Anita). Saat usaha toko busana keduanya membutuhkan modal lebih, Maya mendapat informasi bahwa dia memiliki harta warisan keluarga di sebuah desa bernama Harjosari".

Keduanya pun datang dan menginap di sebuah rumah kosong yang sangat besar dan diyakini oleh Maya adalah rumahnya. Tapi, lingkungan di sekitar rumah itu terlihat aneh lantaran terdapat banyak kuburan anak.

Sampai suatu ketika, Maya mendengar jeritan perempuan yang akan melahirkan. Dia pun mengikuti asal suara itu dan sedikit demi sedikit misteri kampung pun terungkap. Belum lagi Dini yang tiba-tiba menghilang. Sampai di situ, satu per satu kengerian diperlihatkan.

Baca juga: Digantung terbalik, pembuluh darah Tara Basro pecah

Bukan horor biasa

Apa yang diharapkan dari sebuah film horor? Kemunculan hantu? Jangan terlalu berharap akan banyak berseliweran hantu dalam film itu sebab Joko membuatnya lebih daripada itu.

Dari awal pengenalan tokoh Maya, Joko sudah memberikan sesuatu yang mengerikan dan mengejutkan. Bukan setan yang menakutkan dalam film, tapi manusia-manusia yang bersinggungan dengan Maya dan Dini membuat penonton ingin menutup mata.

Joko sangat lihai memancing rasa takut penonton. Meskipun minim adegan mengejutkan (jump scare), "Perempuan Tanah Jahanam"" tetap akan membuat Anda merasa diteror dengan kengerian tempat, suara, dan adegan per adegan yang membuat "jantungan".

Hampir seluruh pemain dalam film menciptakan suasana ketakutan. Mungkin adegan yang awalnya terlihat biasa-biasa justru malah menjadi sumber malapetaka.

Baca juga: Joko Anwar butuh 10 tahun untuk filmkan "Perempuan Tanah Jahanam"

Bukan Joko namanya kalau tidak membuat plot twist. Ketika Anda selesai menyaksikan filmnya, mungkin komentar yang keluar adalah film itu benar-benar "jahanam".

Film "Perempuan Tanah Jahanam" (ANTARA News/Instagram)

Pemain yang berkarakter

Joko menggunakan deretan pemain yang berkarakter, salah satunya adalah Christine Hakim. Berperan sebagai Nyi Misni, Christine sangat total bermain pada film horor perdananya. Ekspresi wajah yang datar, hanya mengeluarkan sepatah atau dua patah kata, membuat Christine terlihat sangat "horor", belum lagi saat dia menari.

Ada juga Asmara Abigail, sebagai seorang perempuan desa bernama Ratih. Dia memiliki tatapan yang tidak biasa. Kata-katanya begitu menusuk dan mengerikan terlebih saat mengucap, "Kerasa enggak?" dengan nada lirih. Adegan-adegan itu dapat membuat penonton langsung menutup mata.

Dialog apa adanya

"Perempuan Tanah Jahanam" adalah film untuk penonton berusia 17 tahun ke atas. Bahasa yang digunakan sangat jujur, ceplas-ceplos, dan kasar. Banyak terdapat kata-kata kasar dalam film itu khususnya saat dialog antara Maya dan Dini.

Baca juga: Asmara Abigail keluar dari zona nyaman di "Perempuan Tanah Jahanam"

Selain dialog apa adanya, Maya dan Dini juga sempat menyinggung masalah kehidupan modern. Salah satunya adalah kecanggihan teknologi yang mengancam keterbatasan lahan pekerjaan bagi manusia.

"Perempuan Tanah Jahanam" memang tidak bisa dibandingkan dengan "Pengabdi Setan". Selain karena tingkat kengerian yang berbeda, film itu juga merupakan perpaduan antara horor dan thriller.

Kekejaman dan betapa jahanamnya manusia untuk memenangkan ego-nya tergambar jelas dalam film itu. Mana tokoh yang protagonis dan antagonis sulit untuk dibedakan.

Baca juga: Gaya film "Perempuan Tanah Jahanam" akan beda dari "Pengabdi Setan"

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019