• Beranda
  • Berita
  • Gerindra masuk kabinet, Pakar: Kans pendukung bisa tergerus

Gerindra masuk kabinet, Pakar: Kans pendukung bisa tergerus

16 Oktober 2019 21:15 WIB
Gerindra masuk kabinet, Pakar: Kans pendukung bisa tergerus
Pengamat Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Katolik Parahyangan Asep Warlan Yusuf. (Ajat Sudrajat)
Pakar politik dan pemerintahan Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Prof Asep Warlan Yusuf menilai kans pendukung loyal Partai Gerindra bisa tergerus signifikan jika kadernya masuk dalam kabinet.

"Ketika Gerindra bergeser dari posisi oposisi masuk ke dalam pemerintahan, mereka akan kecewa. (Pengaruhnya) Bisa jadi signifikan loh," kata Asep Warlan Yusuf saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Guru Besar Fakultas Hukum Unpar itu melihat ada dua model pendukung pada Partai Gerindra, yakni pertama adalah mereka yang hanya mendukung Prabowo dalam Pilpres 2019, tanpa melihat partainya.

Pendukung tersebut, kata dia, tidak akan terlalu peduli sikap politik yang diambil Gerindra, baik di oposisi maupun koalisi karena orientasi mereka ke pilpres, bukan pemilihan anggota legislatif.

Berbeda dengan tipe kedua, kata dia, yakni pendukung yang melihat sosok Prabowo dan Gerindra sebagai satu paket sehingga apapun langkah politik Gerindra sangat berpengaruh bagi mereka.

Ia mengatakan bukan tidak mungkin banyak kader-kader loyalis tipe kedua itu yang akan bergeser ke partai politik lain jika Gerindra mengambil langkah bergabung dengan pemerintahan.

Apalagi, kata dia, perolehan suara Gerindra di beberapa daerah unggul pada Pemilu 2019 yang didominasi pemilih yang melihat Prabowo dan Gerindra sebagai satu paket.

Meski hanya sedikit partai politik di kubu oposisi, Asep melihat kekuatan oposisi tetap akan berjalan karena masyarakat atau publik memiliki peranan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak sejalan.

"Memang tidak ada istilah rakyat oposisi, tetapi masyarakat memang harus 'mengawal', kritis. Bantuan publik ini membuat kekuatan oposisi di parlemen akan lebih berperan," katanya.

Selain itu, kata dia, PDI Perjuangan juga telah menjalankan peran oposisi secara efektif selama sekitar 10 tahun pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"PDI Perjuangan kan pernah mengalami hal sama (oposisi) selama 10 tahunan. Tetapi, mereka tidak kehabisan energi dan sumber daya, namun justru semakin kuat," kata Asep.

Prabowo bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10), membahas masalah-masalah kebangsaan, serta membahas kemungkinan Partai Gerindra masuk dalam koalisi pendukung pemerintah.

Usai pertemuan tersebut, Prabowo secara berturut-turut melakukan safari politik ke Partai Nasdem (13/10), PKB (14/10) dan Partai Golkar (15/10).

Sementara itu, Juru bicara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menyebutkan bahwa Prabowo telah menyodorkan konsepsi yang merupakan tiga poin yang disebut sebagai dorongan besar bagi Jokowi dan pemerintah.

Dahnil mengatakan dorongan besar untuk Jokowi dan pemerintahannya, meliputi ketahanan pangan, ketahanan energi, pertahanan, dan keamanan.

Menurut Dahnil, Gerindra tidak menutup diri jika konsepsi yang disodorkan itu berujung masuknya Gerindra ke koalisi partai pemerintahan.

Baca juga: Sekjen Partai Gerindra ingin Prabowo bersama Jokowi

Baca juga: Pengamat: Gabung pemerintah, Gerindra bisa jalankan koalisi-kritis

Baca juga: Ketua DPR nilai Gerindra bukan ingin bermanuver ke koalisi pemerintah

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019