Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Papua Barat Ria M Come, Kamis, mengutarakan laju jumlah penduduk di daerah ini dipengaruhi oleh angka kelahiran dan aktivitas migrasi dari luar ke Papua Barat.
"Sebetulnya, laju pertumbuhan penduduk kita terus mengalami penurunan setiap tahun, tapi secara nasional kita masih berada di urutan ke empat," sebut Ria.
Angka kelahiran di Papua Barat mencapai 3,2 persen per tahun dari total penduduk. Sesuai indikator Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 angka kelahiran dikatakan seimbang jika tidak lebih dari 2,1 persen.
Baca juga: MPR: Tantangan Indonesia ledakan pertumbuhan penduduk
"Kalau dirata-ratakan, satu keluarga di Papua Barat memiliki anak antara 3 hingga 4 orang," ucapnya.
Ia mengutarakan, masyarakat termasuk pemerintah daerah harus memahami isu-isu terkait kependudukan. Ini penting agar setiap keluarga memiliki perencanaan yang matang, baik menyangkut kesejahteraan, kesehatan, pendidikan masa depan anak-anak.
Selain angka kelahiran dan laju imigrasi, hal penting lain yang harus diketahui masyarakat adalah terkait angka kematian. Di Papua Barat, angka kematian terutama ibu dan anak masih tergolong tinggi.
"Angka pastinya saya lupa, data ini lebih tepatnya mungkin bisa langsung di konfirmasikan ke Dinas Kesehatan," ujarnya.
Menurut dia, tingginya laju penduduk, memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap daerah. Hal yang harus diantisipasi yakni dampak buruk terhadap kondisi sosial masyarakat.
"Penduduk banyak berarti berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Di sisi lain, ini bisa berdampak pada masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran dan meningkatkan kasus kejahatan. Maka perlu perencanaan yang baik sebelum kita benar-bebar mengalami bonus demografi," kata dia lagi.
Baca juga: Penurunan laju pertumbuhan penduduk ancam budaya Bali
Pewarta: Toyiban
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019