BLasius Mere seorang warga yang ditemui ANTARA di Kelurahan Nangaroro ketika sedang mengantre mengisi air, Sabtu mengatakan akibat krisis air tersebut distribusi air langsung ke rumah warga menjadi berkurang.
"Saat ini kami sulit sekali mendapatkan air bersih, karena sejumlah mata air di desa ini dan desa tetangga sudah mulai menipis," kata Blasius.
Baca juga: 28 pelari bantu galang dana untuk bangun fasilitas air bersih Nagekeo
Baca juga: Kekeringan landa seluruh kecamatan di Timor Tengah Selatan
Ia mengatakan akibat krisis air tersebut juga mengakibatkan distribusi air yang biasanya setiap hari dikurangi menjadi satu atau dua kali dalam seminggu.
"Itu juga airnya mengalir hanya satu sampai dua jam saja, selebihnya tidak mengalir lagi," tambah dia.
Pantauan ANTARA di lokasi tempat mengambil air bersih ada sebuah bak air yang dibangun menggunakan anggaran desa pada tahun 2014. Namun bak air yang dibangun itu kini tak berisi air.
Kurang lebih 50 puluh jerigen berukuran lima liter berjejer di lokasi pengambilan air tersebut.
Hal tersebut juga diakui oleh Armandus Djogo Ketua RT Kelurahan Nangaroro, bahwa akibat krisis air tersebut juga warga terpaksa membeli air dengan cara urunan.
"Beberapa hari lalu kami terpaksa membeli air menggunakan fiber air berukuran 1.100 liter dengan harga Rp75 ribu," tutur dia.
Tetapi lanjut dia, air yang dibeli itu hanya untuk kebutuhan air minum dan makan saja, sementara untuk mandi terpaksa mereka harus berjalan 10 kilometer untuk mandi dan cuci di kali.
"Kalau pergi ke sungai ramai-ramai untuk mandi dan cuci," ujarnya.
Baca juga: TNI bantu warga perbatasan RI-Timor Leste atasi krisis air
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019