"Perkembangan masa depan bangsa sulit diprediksi secara tepat, namun usaha mengantisipasinya jauh lebih baik dari pada tidak mempersiapkannya sama sekali," kata dia di Gedung MPR/DPR/DPD RI Jakarta, Minggu, saat pidato pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia diminta memiliki kelapangan kesadaran bahwa masa lalu suatu negara tidak selamanya gelap dan sebaliknya tidak selalu terang.
Baca juga: Ketua MPR: Masyarakat rasakan manfaat dana desa
Karena, politikus Golkar tersebut berpandangan perkembangan sejarah bangsa yang sehat harus bisa memiliki kedewasaan untuk meneruskan sisi terang atau baik dan meninggalkan sisi gelap.
"Sebuah bangsa yang tidak bisa melihat sisi gelap dari masa lalu, terancam dihukum mengulangi kesalahan yang sama. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak bisa melihat sisi terang dari masa lalu maka tidak memiliki jangkar untuk menamatkan visi ke depan," katanya.
Dia mengatakan pengalaman dan belajar dari negara lain dibutuhkan untuk kemajuan bangsa. Karena, jika tidak dilakukan bisa menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Baca juga: Ketua MPR: Pemilu serentak bukti demokrasi Indonesia maju
Sebagai contoh bila negara terlalu kuat dan rakyat lemah, maka menimbulkan pemerintahan otoriter. Sebaliknya, bila negara lemah dan masyarakat terlalu kuat maka muncul tindakan anarki.
"Bahkan lebih buruk lagi bila negara dan rakyat sama-sama lemah, maka yang akan muncul adalah negara gagal," ujar dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, untuk membangun politik sehat maka dibutuhkan negara serta rakyat yang kuat juga.
Baca juga: Ketua MPR: Presiden merupakan pemimpin semua rakyat Indonesia
Baca juga: Ketua MPR ajak masyarakat gotong royong hadapi tantangan ke depan
Baca juga: Ketua MPR tegaskan demokrasi harus jamin hak sipil dan politik
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019