"Danau itu makin lama makin luas karena memang ada istilah geologi namanya lembah patahan, yakni danau yang terbentuk akibat patahan lempengan," kata Dian Hadiyansyah di Batusangkar, Kamis.
Kondisi tersebut salah satu yang dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) atau kelompok diskusi terarah dalam rangka mengembangkan Danau Singkarak menjadi kawasan geopark nasional di Batusangkar, Rabu (23/10).
Ia mengatakan dalam skala waktu geologi, pergerakan patahan tersebut terjadi dalam waktu yang lama, bisa mencapai rentan waktu puluhan, ribuan, bahkan jutaan tahun.
"Itu adalah proses geologi yang biasa karena terbentuknya dari patahan. Proses perubahan tersebut tidak cepat, dalam puluhan tahun bergerak hanya berapa senti saja," katanya.
Baca juga: Bagan di Danau Singkarak dibongkar, nelayan peroleh 34 paket perahu
Baca juga: Bagan di Danau Singkarak diminta dibongkar
Kendati demikian proses pergerakan tersebut hanya proses geologi biasa, dan tidak memberikan dampak negatif bagi warga yang bertempat tinggal di kawasan tersebut.
Terkait dengan pengembangan Danau Singkarak menjadi geopark nasional, secara geologi Danau Singkarak memiliki nilai warisan dan keanekaeragaman yang bernilai tinggi yang tidak kalah dari geopark Danau Toba.
Diharapkan dengan telah ditetapkannya Danau Toba sebagai geopark global dari UNESCO, Danau Singkarak segera menyusul bersama dengan Danau Dibawah dan Diatas, sebab kedua danau itu memiliki proses yang sama yakni satu jalur patahan Sumatera.
Untuk itu perlu komitmen pimpinan daerah dalam pengembangan selanjutnya, apalagi Danau Singkarak dimiliki oleh dua daerah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok.
Dalam konsep pengembangan geopark tersebut adalah konsep konservasi atau pelestarian dan mengingatkan masyarakat dibalik alam yang indah itu juga harus waspada dengan bencana alam yang muncul.
Baca juga: Kunjungan wisatawan ke Solok selama libur Lebaran 100 ribu orang
Baca juga: Sumbar siapkan aturan antisipasi kerusakan Danau Singkarak
Menikmati Danau Singkarak dari Puncak Putaran Angin
Geopark juga menaikkan nilai dan daya tarik kawasan melalui destinasi wisata dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia di daerah setempat yang dapat dikelola secara bermanfaat dan berkelanjutan.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan dari kerusakan, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses edukasi, dan membangkitkan ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat lokal.
"Jadi dalam geopark ditentukan produk lokal yang bisa dijual ke pengunjung. Sebagai contoh di Gunung Sewu karena di sana banyak jangkrik jadi mereka menjual hama jangkrik itu yang sudah digoreng. Jadi itu yang kita pertahankan dan kita kembangkan, pemberdayaan masyarakat lokal," ujarnya.*
Baca juga: Menyelamatkan ikan bilih Singkarak
Baca juga: Sumbar buat aturan untuk selamatkan ikan bilih
Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019