"Nanti lihat saja kalau sudah jadi. Yang penting konsistensi lajur karena salah satu sebab mengapa terjadi kemacetan adalah lajurnya tidak konsisten," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis.
Anies menjelaskan jalanan di Jakarta dari dua lajur berubah jadi tiga. Kemudian berubah menjadi dua lagi.
"Ini akhirnya justru menyebabkan kemacetan. Sekarang sedang dibuatkan konsisten, itu yang sedang dilakukan," kata Anies.
Anies mengatakan tidak semua pelebaran trotoar menggunakan lajur jalan karena tiap-tiap wilayah dilakukan tindakan berbeda-beda saat pelebaran jalan.
"Semua yang bicara mengenai trotoar, mengenai jalan, harus spesifik dimana, waktunya kapan. Karena kami kebijakannya kan nggak sama semua," kata Anies.
Baca juga: Bina Marga DKI tunjuk Jakpro bangun utilitas bawah tanah
Baca juga: Pemprov DKI siapkan aturan parkir di kawasan Cikini
Proyek pelebaran trotoar Jakarta yang sebagian besar mengurangi lebar jalan raya dikritik anggota DPRD DKI Jakarta. Pelebaran trotoar itu mengakibatkan
berkurangnya lebar jalan sehingga dianggap menimbulkan kemacetan yang tak terhindarkan.
"Kemarin terlalu banyak orang telepon saya, kok pembangunan trotoar makan jalan. Akhirnya juga pemilik mobil telepon ramai tidak bayar pajak karena mereka harapkan dengan bayar pajak itu jalan jangan macet," kata anggota Badan Anggaran dari Fraksi PDIP DPRD DKI Pandapotan Sinaga saat rapat perencanaan KUA-PPAS 2020 di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (23/10).
Pandapotan mengatakan, seharusnya pelebaran trotoar tidak sampai mengurangi lebar jalan. Namun dilakukan dengan membebaskan lahan sehingga tak mengurangi lebar jalan.
"Sementara di sini, jalan dibangun trotoar, saya tidak mengerti bagaimana untuk yang trotoar tapi makan jalan. Kami berpikir bahwa kalaupun tambah trotoar harapan kita bebaskan lahan di pinggiran sehingga tidak berpengaruh pada pengguna jalan," kata Pandapotan.
Baca juga: Bina Marga Jakarta siapkan empat desain penataan trotoar
Baca juga: Dua tahun Anies, revitalisasi jalur pedestrian dorong nilai kesetaraan
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019