Jilid ketiga seri "Nagabumi" karya Seno Gumira Ajidarma resmi meluncur pada Kamis (24/10) dalam perhelatan Ubud Writers and Readers Festival 2019.Semoga terbitnya 'Nagabumi III' dapat menjadi patron bagi perkembangan genre cerita silat di Indonesia
Buku setebal 1.136 halaman itu berjudul "Nagabumi III: Hidup dan Mati di Chang’an".
Di buku ketiga, Seno kembali melanjutkan kisah Pendekar Tanpa Nama yang kali ini berkelana ke Chang’an ibu kota Negara Atap Langit, memburu Harimau Tanpa Nama si pembunuh kekasihnya.
Dalam perjalanan tersebut Pendekar Tanpa Nama terlibat dalam banyak peristiwa besar, intrik politik kerajaan hingga perebutan perempuan.
"Novel ini mengembalikan tradisi cerita silat yang lama tidak muncul dalam dunia sastra kita. Menggabungkan ilmu silat, kanuragan, sekaligus kisah para tokoh yang mengagumkan," tutur Mirna Yulistianti, editor senior bidang sastra Gramedia Pustaka Utama, dalam siaran pers, Jumat.
Novel panjang itu semula terbit sebagai cerita bersambung di dua media massa yakni Harian Umum Suara Merdeka, Semarang dari 7 Agustus 2009 sampai 2 Desember 2009, dengan judul "Nagabumi". Disambung di Harian Umum Jawa Pos, Surabaya dari 1 Juli 2014 sampai 3 Juli 2015 dengan judul "Naga Jawa: Petualangan di Negeri Atap Langit".
Terdapat jeda delapan tahun bagi para pembaca setia kisah Pendekar Tanpa Nama untuk bisa membaca buku ketiga ini.
Dua buku sebelumnya, "Nagabumi I: Jurus Tanpa Bentuk" terbit pada 2009, dan "Nagabumi II: Buddha, Pedang, & Penyamun Terbang" terbit 2011. Direncanakan seri cerita silat ini akan terbit sebagai pentalogi.
"Sudah banyak pembaca yang menanyakan kelanjutan Nagabumi di media sosial. Walaupun Februari lalu kami juga baru menerbitkan kumpulan cerita pendek terbaru 'SGA Transit: Urban Stories', tapi tampaknya kerinduannya memang spesifik kepada cerita silat," ujar Mirna.
Baca juga: Pengarsipan komik Indonesia terbentur kesadaran kolektor
Baca juga: Tokoh wayang favorit Seno Gumira Ajidarma
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019