Sulaiman, pemilik Industri Kecil Menengah (IKM) telur asin UD Adon Jaya di Desa Kebonsari, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur menyebutkan dengan menggunakan GasMin, produksinya menjadi lebih cepat matang hingga 50 persen.
Dalam informasi yang dihimpun dari Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat, kini proses pemasakan telur asin rasa udang, kepiting, dan ikan salmon yang menjadi andalan Sulaiman menjadi lebih cepat satu jam dan lebih efisien. Hal ini tentunya berimbas pada omzetnya yang mengalami peningkatan.
"Proses pemasakan telur asin sekarang menjadi lebih cepat satu jam. Pengoperasian alatnya cukup mudah dan menghasilkan sumber panas yang banyak. Rencananya mau saya manfaatkan untuk pengovenan juga," ujar Sulaiman.
Pada kesempatan lain, pemilik IKM kerupuk, Muarofah juga merasa terbantu dengan GasMin yang diserahkan untuk IKM-nya. "Sekarang memasak lebih cepat setelah menggunakan GasMin. Selisih waktunya cukup signifikan, sekitar 1/2 sampai 1 jam bila dibandingkan dengan kayu bakar.
Baca juga: Pembangunan pabrik gasifikasi batubara di Tanjung Enim ditargetkan rampung 2022
Muarofah menuturkan, pada proses memasak juga tidak ada asap yang muncul,sehingga tidak mengakibatkan ketel menjadi hitam. "Ketel juga bersih, pengoperasiannya mudah, saya sudah bisa mengoperasikan sendiri," lanjutnya.
GasMin dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Batubara (Puslitbang Tekmira) Kementerian ESDM dan saat ini sudah bisa diimplementasikan untuk IKM. GasMin generasi pertama dirintis tahun 2007 dan teknologinya terus disempurnakan menjadi Gasmin generasi kedua, yang lebih sederhana, baik dalam bentuk fisik maupun pengoperasiannya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana menyerahkan dua unit GasMin berkapasitas 10 kg, kepada Board of Director PT Minarak Brantas Gas, Husein, yang langsung disumbangkan kepada IKM Telur Asin UD Adon Jaya dan IKM kerupuk.
Penyerahan gasmin hasil inovasi tersebut merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Minarak Brantas Gas, sebagai bentuk kontribusi perusahaan terhadap pengembangan ekonomi IKM.
Seiring penetapan Puslitbang Teknologi menjadi Badan Layanan Umum pada tahun 2018, GasMin mulai dipasarkan secara komersial. Para penggunanya antara lain IKM Tempe Wonosari dan industri Batik di Tasikmalaya. Pada Maret 2019, perusahaan asal Korea, PT Uvision Daehyup Indonesia (UDI) telah menggantikan sumber energi mesin pengering cocofiber sebagai oven (dryer) dengan GasMin kapasitas 30 kg. Tingkat efisiensi GasMin pada industri ini sekitar 40 sampai 50 persen.
Baca juga: Perusahaan Jerman cari mitra lokal kembangkan gasifikasi batubara
Baca juga: Pertamina-Bukit Asam kembangkan gasifikasi batubara dengan perusahaan AS
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019